Minggu, 30 November 2014

SUPERVISI PENDIDIKAN

MAKALAH INI ADALAH HASIL KERJA KELOMPOK




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Menelusuri krisis pendidikan nasional yang masih kurang bermutu, sukar kita menetapkan salah satu penyebabnya yang pasti, karena akan seperti mengurai benang yang kusut. Sehingga pastinya penelusuran akan sampai pada jantung kegiatan sekolah sebagai dapur kegiatan belajar berada.
Usaha apapun yang telah dilakukan oleh pemerintahmengawasi jalanya pendidikan untuk mendongkrak mutu bila tidak ditindak lanjuti dengan pembinaan gurunya, tidak akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar dikelaskegiatan pembinaan guru merupakan bagian yang tidak mungkin dipisahkan dalam setiap usaha peninghatan mutu pembelajaran.
Masalah mutu pembelajaran menyangkut masalah yang paling menonjol adalah masalah kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru harus mendapatkan pengawasan dan pembinaan terus menerus. Masalah ini behubungan dengan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku pemimpin dari guru-guru.

B.     Rumusan Masalah
1.       Apa itu supervisi pendidikan?
2.       Apa fungsi dan tujuan supervisi pendidikan?
3.      Bagaimanakah teknik – teknik supervisi pendidikan itu?
4.      Bagaimanakah prosedur kegiatan supervisi pengajaran demi mewujudkan pelayanan profesional guru?
5.      Apa perilaku – perilaku yang etik yang perlu dan harus dimiliki oleh seorang supervisor?
6.      Supervisor seperti apakah yang harus ada dalam pendidikan Indonesia?

C.     Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adaalh untuk mengidentifikasi, menemukan dan menganalisis satu bahasan mengenai supervisi pendidikan hingga nantinya akan diketemukan model supervisor yang tepat untuk pendidikan Indonesia.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep Dasar
1.        Pengertian Supervisi Pendidikan
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar.Akan tetapi masih banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Hal ini akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanannya. Untuk memberikan kerangka acuan mengenai pengertian supervisi, ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa pendapat para ahli.
a.         Neagley (1980: 20) dikutip oleh made pidarta, mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi disini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar, dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.
b.        Kimbal Wiles (1956: 8) berpendapat bahwa “supervision is an assistance in the development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
c.         Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1982: I) mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional , sehingga mereka lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugs pokoknya, yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan professional bagi guru-guru. Bimbingan professional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid.murid.
Menurut Alfonso (1981), Neagley dan Evans (1980), serta Marks Stroops (1978) yang di kutip oleh Djam’an Satori, melukiskan hubungan supervisi, prose mengajar belajar dan hasil belajar seperti dapat dilihat pada model berikut:
Oleh karena suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan professional guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid.
Seorang supervisor apakah dia kepala sekolah, penilik sekolah atau pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut:
1)        Ilmiah (scientific) berarti :
a)      Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan berkelanjutan.
b)      Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c)      Menggunakan alat (instrumen) yang dapatmemberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakn penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2)        Demokrasi, artinya menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3)        Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama  seluruh staf sekolah.
4)        Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip diatas tersebut.


2.        Fungsi-fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaannya, supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.         Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan terhadap guru, supervisor perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi tersebut dimaksudkan sebagai usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada guru, murid, pelengkap, kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar.
Sebagai fungsi supervisi, inspeksi harus bersumber pada data yang aktual dan tidak pada informasi yang sudah kadaluarsa.
b.    Penelitian hasil inspeksi berupa data
Data tersebut kemudian di olah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
c.    Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan dan hasil pengajaran.
d.   Latihan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian di adakan latihan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau penigkatan. Hal inipun bisa sebagai pemecahan atas masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif.
e.    Pembinaan
Pembinaan atau pengembangan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan cara-cara yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam hal ini membantu guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.
Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. N.A. Ametembun (1981: 28) merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang lebih efektif.
Adapun tujuan-tujuan itu adalah:
a.         Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
b.        Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.         Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.        Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
e.         Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”.
f.         Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
g.        Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan;
h.        Mengembangan esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.

3.        Teknik-teknik Supervisi pendidikan
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru-guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau melalui media komunikasi (visual, audial, audio-visual).
Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
a.         Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar dikelas.
b.      Pertemuan pribadi antara suoervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru.
c.       Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-masalah mum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan.
d.      Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses bakajar mengajar.
e.       Pertemuan – pertemuan di kelompok kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah ,serta pertemuan kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya.

B.     Prosedur Kegiatan Supervisi Pengajaran/ Pelayanan Profesional Guru
Secara keseluruhan, menurut Moh. Riva’I, prosedur supervisi pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, supervisor harus mendapatkan dara tentang keseluruhan situasi belajar mengajar dari murid, guru, program pengajaran, alat atau fasilitas dan situasi. Cara atau teknik pengumpulan data – data tersebut dapat dilakukan dengan observasi atau kunjungan kelas, pertemuan pribadi , studi laporan dan dokumen serta menyebarkan kuisioner atau angket.
b.      Penyimpulan atau penilaian
Dalam prosedur penyimpulan atau penilaian harus memuat tentang keberhasilan murid, keberhasilan guru dan faktor – faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menentukan criteria penilaian bersama, pertemuan pribadi dan diskusi antar guru.
c.       Diskusi kelemahan
Dalam prosedur supervisi ini, kekurangan atau kelemahan mengenai pribadi guru di depan kelas, penguasaan materi, penguasaan metode, hubungan antara personel dan administrasi kelas dapat dianalisis dengan cara melakukan pertemuan pribadi, rapat staf dan konsultasi dengan nara sumber / ahli.
d.      Memperhatikan kelemahan dan meningkatkan kemampuan guru
Setelah kekurangan atau kelemahan guru didiskusikan dan telah dikemukakan bersama, maka seorang supervisor harus segera menindaklanjutinya dengan memperhatikan guru yang bersangkutan dengan maksud menungkatkan kemampuan guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperoleh informasi secara langsung dari sumber terdekat dan penataran. Guru tersebut juga bisa diikutsertakan dalam program kunjungan antar kelas atau interschool visit demi memperlihatkan cara ajar guru di kelas atau di sekolah lain.
e.       Bimbingan dan pengembangan
Tahap ini merupakan pengembangan dari prosedur sebelumnya, dimana dalam tahap ini guru akan menerapkan hasil usaha dan penataran yang telah dilakukan.
f.       Penilaian kemajuan
Penilaian dilakukan dalam hal perubahan yang telah dicapai guru sebagai hasil peningkatan dan bimbingan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kunjungan kelas langsung, pertemuan pribadi, observasi dan diskusi.
Melihat rangkaian prosedur kegiatan supervisi tersebut, pada dasarnya supervisor memiliki kewajiban untuk melakukanusaga memberikan pelayanan profesional kepada guru – guru.namun dalam melakukan hal tersebut, seorang supervisor hanya akan efektif apabila ia memahami persoalan mengajar belajar yang dihadapi oleh guru –guru. Untuk itu, seorang supervisor pendidikan dituntut untuk selalu ‘dekat’ dengan guru – guru dan menempatkan diri sebagai bagian dari sistem pengajaran. (Djam’an Satori, 1995).
1.        Perilaku-perilaku Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan
Salah satu pendukung keberhasilan dalam melaksanakan supervisi adalah perilaku supervisi sendiri. Factor manusia dibelakang memepunyai pengaruh besar dalam misi supervisi. Supervisi yang berhasil adalah mereka yang dapat menjalankan tugasnya. Ia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan profesi supervisor dan ia dapat menjaga etik pekerjaannya. Sifat utama yang harus dimiliki supervisor, yaitu:
a.        Sifat yang Berhubungan dengan Kepribadian
1)      Memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal.
2)      Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dalam segala hal.
3)      Keterbukaan, tidak menyembunyikan sesuatu yang dirahasiakan.
4)      Tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa.
5)      Tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan.
6)      Mempunyai dayatahan dan psikis yang tinggi tidak cepat putusasa.
b.        Sifat yang Berhubungan dengan Profesi
Sifat-sifat ini dikemukakan oleh Edgar H. Schein (1972:8-9) yang dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
1)      Harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan.
2)      Seorang profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya.
3)      Memiliki suatu pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperolehnya dari pendidikan yang cukup lama.
4)      Membuat keputusan-keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih.
5)      Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien.
6)      Seorang profesional harus berorientasi pada pelayanan terhadap klien.
7)      Seorang profesional mempunyai otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien. Ia adalah orang yang lebih tahu tentang apa yang baik bagi klien daripada klien itu sendiri.
8)      Menjadi anggota organisasi profesi yang diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar pendidikan atau ukuran-ukuran lain yang sejenis, memiliki keahlian yang sama dan dalam wilayah tertentu.
9)      Memiliki pengetahuan yang spesifik.
10)  Seorang profesional tidak boleh mengiklankan untuk mendapatkan pasaran luas.

c.         Sifat-sifat Supervisor yang Dikendaki untuk Menurut Pendapat dan Harapan Supervisi pada Umumnya
1)      Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan di sekolah.
2)      Bersikap simpatik dan mempunyai perhatian terhadap murid.
3)      Mempunyai sikap terbuka, yang tidak apriori menolak pendapat orang lain.
4)      Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung.
5)      Percaya pada diri sendiri (self confidence) sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan ketenangan kepada supervisie.
6)      Tidak terlalu mencari-cari masalah-masalah kecil.
7)      Dapat mengajak dan menimbulkan rasa ingin tahu.
8)      Kritis, tetapi bersifat membangun dapat memberikan saran-saran.
9)      Luas pengetahuannya tentang masalah-masalah pendidikan dan masalah administraif organisatoris.
10)  Dapat mengemukakan ide-ide baru.
11)  Fisik sehat dan terpelihara, serta berpakaian rapih.
d.        Supervisi yang Demokratis
            Indonesia yang merupakan sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi sudah sepantasnya apabila seluruh sendi kehidupan haruslah memiliki sifat demokratis, dari mulai pucuk kepemimpinan hingga ke ‘akar rumput’,begitupun seorang supervisor. Supervisor yang demokratis merupakan supervisor yang ideal ada di sebuah sekola, karean dia diharapkan selalu berusaha secara kontinu menjalin pertalian kesatuan yang optimal di antara guru – guru.Berikut merupakan perbandingan antara supervisor demokratis dan supervisor otokratis / dominan.
OTOKRATIS
DEMOKRATIS
1.
Beranggapan     bahwa     ia     dapat     melihat     dan menemukan semua segi-segi masalah yag dihadapi
1. Menyadari  bahwa  kemampuan  sekian   puluh  anggota stafnya merupakan potensi yang dapat melebihi kemampuannya.
2.
Tidak  tahu  /  mau  memanfaatkan  pengalaman  orang lain
2.
 Dapat    dan    berusaha    memanfaatkan    pengalaman orang lain.
3.
Tidak  dapat  /  bersedia  melepaskan  kekuasaan  dari tangannya
3.  Tahu bagaimana mendelegasikan tugas dan tanggung jawabnya
4.
Biasanya   sangat   tertarik  pada  pekerjaan-pekerjaan  rutinnya,  sehingga  sukar  melihat  masalah-masalah
4.
 Dapat    melepaskan    diri    dari    tugas-tugas    rutin, sehingga dapat mengembangkan kepemimpinan yang kreatif
5.
Berprasangka terhadap ide-ide baru
5.
Dapat   lekas   mengakui   dan   menghargai   ide   orang lain
6.
Mempunyai sifat sebagai yang lebih tahu
6. Memelihara sikap yang ramah  sebagai penolong dan penasehat
7.
Tidak  mau  mengakui  bahwa  ia  memiliki  sifat-sifat yang otokratis
7.
Selalu     berusaha     menerapkan     cara-cara     yang demokratis
8.
Kurang   memberi   kesempatan   kepada   orang   lain untuk maju sebagai pemimpin
8.
Selalu   berusaha   melaksanakan   tugas   “memimpin adalah menibulkan kepemiminan yang dipimpin

2.        Jenis-jenis Supervisi
a.      Supervisi Kelompok
Supervisi kelompok muncul sebagai reaksi terhada kesalahan-kesalahan supervisi individual. Kelemahan supervisi individual ini terutama terletak pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh guru. Masalah-masalah tersebut hanya diselesaikan berdasarkan pandangan supervisor dan guru tersebut. Padahal supervisor dan guru itu pada umumya ahli pada bidang tertentu saja. Kelemahan yang lain ialah berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan. Penylesaian masalah individual sudah jelas memakan biaya lebih banyak daripada masalah kelompok, sebab supervisi indivudual diadakan jauh lebih sering dibandingkan supervisi kelompok pada sekolah yan sama dengan permasalahan yang sama.
Mengajar secara kelompok ( team teaching ) merupakan langkah awal dalam supervisi kelompok. Dalam pengajaran seperti ini, beberapa orang guru akan mengajarkan suatu bidang studi bersama masing-masing guru memberikan satu aspek tertentu dari bidang studi itu kepada para murid. Sehngga bidang studi itu dengan seluruh aspeknya bisa diterima dengan relatif sempurna oleh murid-murid. Sebab masing-masing aspek diberikan oleh guru yang ahli dalam aspek itu ( made pidarta, 1992: 245 )
b.      Supervisi Klinis
Adheson & Gall menyatakan bahwa supervisi klins ialah proses membina guru untuk memperkecil juragan antara perilaku mengajar nyata dengan prilaku mengajr seharusnya atau yang ideal (Tim Dosen,1989). Sementara itu Lucio ( 1979 : 20 ) membatsi maksud supervisi klinis hanya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan mengubah preforma mereka agar cocok dengan inovasi itu.Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat didiagnosis dalam proses belajar mengajar, untuk menentukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik.

C.     Implementasi di Lapangan
Implementasi di lapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan melaksanakan supervisi, karena diakibatkan oleh beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut seharusnyatidak menjadi penghambat dalam pencapaian supervisi professional. Sikap supervisor yang memaksakan kehendak perlu diubah.
Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah merupakan salah satu cara mengetahui kelemahan pelaksana pembinaan  maupun faktor yang memberinya harapandalam kemudahan pelaksanaan supervisi.
       Impementasi di lapangan banyak ditemukan masalah-masalah yang masih menghambatterlaksananya supervisi diantaranya:
a.         Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat.
b.        Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat.
c.         Masih adanya mental anak emas untuk guru yang dinialai baik.
d.        Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi.
e.         Transparasi mejemen sekolah.
f.         Transparasi pengelolaan keuangan sekolah.
      Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan pemasalahan yang ditempuh dalam kegiatan supervisi oleh kepala sekolah adalah:
a.         Penyamaan visi dan misi.
b.        Pengelolaan supervisiyang baik.
c.         Pelibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervisi.
d.        Pelibatan organisasi guru untuk mengukur keberhasilan guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat sharring.
















BAB III
SIMPULAN

A.      Simpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka maupun pembahasan analisis terhadap masalah dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan merupakan sebuah proses aktivitas yang sangat penting dilakukan dalam tubuh sekolah, karena di dalamnya memuat proses pemerhatian, pembinaan, perbaikan dan pengembangan professional guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dalam jangka panjang juga berdampak sangat baik untuk meningkatkan dan mempertahankan kemajuan belajar peserta didik. Walaupun sasaran supervisi ini dikhususkan kepada guru, namun dampak dari itu semua juga baik demi kemajuan prestasi belajar peserta didik, karena hasil dari kegiatan supervisi pendidikan tersebut nantinya akan merefleksikan kemampuan dan kualitas guru dalam memberikan pengajaran.
B.       Saran / Rekomendasi
Sejalan dengan simpulan di atas, maka dapat dirumuskan saran – saran sebagai berikut :
1.      Bagi semua penulis yang akan mengangkat tema ini, cobalah lakukan observasi dengan menyebarkan angket mengenai keberhasilan supervisor mensupervisi guru demi mengukur sejauh mana keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor.
2.      Bagi semua pembaca yang merupakan guru dan calon guru, tingkatkan kualitas gaya ajar kita, demi terciptanya kegiatan supervisi pendidikan yang efektif dan efisien jika kelak kita diberi amanah sebagai guru.
3.      Bagi semua masyarakat pendidikan , khususnya para orang tua, diharapkan dapat berperan aktif memantau kondisi anaknya, khususnya dalam hal prestasi belajar anak, hal ini dapat membantu supervisor dalam mensupervisi guru – guru.

PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.







DAFTAR PUSTAKA

TIM DOSEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. (2012). Manajemen Pendidikan. Bandung.: ALfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar