MAKALAH INI ADALAH HASIL KERJA KELOMPOK
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Menelusuri
krisis pendidikan nasional yang masih kurang bermutu, sukar kita menetapkan
salah satu penyebabnya yang pasti, karena akan seperti mengurai benang yang
kusut. Sehingga pastinya penelusuran akan sampai pada jantung kegiatan sekolah
sebagai dapur kegiatan belajar berada.
Usaha
apapun yang telah dilakukan oleh pemerintahmengawasi jalanya pendidikan untuk
mendongkrak mutu bila tidak ditindak lanjuti dengan pembinaan gurunya, tidak
akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar dikelaskegiatan pembinaan
guru merupakan bagian yang tidak mungkin dipisahkan dalam setiap usaha
peninghatan mutu pembelajaran.
Masalah
mutu pembelajaran menyangkut masalah yang paling menonjol adalah masalah
kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru harus mendapatkan pengawasan dan
pembinaan terus menerus. Masalah ini behubungan dengan supervisi pendidikan
yang dilakukan oleh kepala sekolah selaku pemimpin dari guru-guru.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa itu supervisi pendidikan?
2. Apa fungsi dan tujuan supervisi pendidikan?
3. Bagaimanakah teknik – teknik
supervisi pendidikan itu?
4. Bagaimanakah prosedur kegiatan supervisi
pengajaran demi mewujudkan pelayanan profesional guru?
5. Apa perilaku – perilaku yang etik
yang perlu dan harus dimiliki oleh seorang supervisor?
6. Supervisor seperti apakah yang harus
ada dalam pendidikan Indonesia?
C. Tujuan
Pembuatan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adaalh untuk mengidentifikasi, menemukan dan menganalisis satu bahasan
mengenai supervisi pendidikan hingga nantinya akan diketemukan model supervisor yang
tepat untuk pendidikan Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar
1.
Pengertian
Supervisi Pendidikan
Pengertian supervisi pendidikan pada
umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar.Akan tetapi
masih banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Hal ini
akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanannya. Untuk memberikan
kerangka acuan mengenai pengertian supervisi, ada baiknya kita mengkaji kembali
beberapa pendapat para ahli.
a.
Neagley (1980: 20) dikutip oleh made pidarta, mengemukakan
bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi disini
diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang
instruksional, belajar, dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.
b.
Kimbal Wiles (1956: 8) berpendapat bahwa “supervision is an assistance in the
development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan
dalam pengembangan peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
c.
Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan
(1982: I) mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai segala usaha yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional , sehingga mereka
lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugs pokoknya, yaitu memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pada hakikatnya supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai bimbingan
professional bagi guru-guru. Bimbingan professional yang dimaksudkan adalah
segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara
professional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid.murid.
Menurut Alfonso (1981), Neagley dan Evans (1980), serta
Marks Stroops (1978) yang di kutip oleh Djam’an Satori, melukiskan hubungan supervisi,
prose mengajar belajar dan hasil belajar seperti dapat dilihat pada model
berikut:
Oleh karena suatu pengajaran sangat tergantung pada
kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian
utama pada peningkatan kemampuan professional guru, yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi
akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid.
Seorang supervisor apakah dia kepala sekolah, penilik
sekolah atau pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berlandaskan pada
prinsip-prinsip yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut:
1)
Ilmiah (scientific)
berarti :
a) Sistematis, berarti dilaksanakan
secara teratur, berencana, dan berkelanjutan.
b) Objektif, artinya data yang didapat
berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau
pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau
kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c) Menggunakan alat (instrumen) yang
dapatmemberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakn penilaian
terhadap proses belajar mengajar.
2)
Demokrasi, artinya menjunjung tinggi azas musyawarah,
memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang
lain.
3)
Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan
pengumpulan data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar
hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama
seluruh staf sekolah.
4)
Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan
mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman
dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri
dengan prinsip-prinsip diatas tersebut.
2.
Fungsi-fungsi dan Tujuan Supervisi
Pendidikan
Dalam pelaksanaannya, supervisor pendidikan perlu
memahami fungsi-fungsi supervisi yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor
pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.
Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan terhadap guru, supervisor
perlu mengadakan inspeksi terlebih dahulu. Inspeksi tersebut dimaksudkan
sebagai usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan
masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada guru, murid, pelengkap,
kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun perangkat lain di sekitar
keadaan proses belajar mengajar.
Sebagai fungsi supervisi, inspeksi harus bersumber pada data yang aktual
dan tidak pada informasi yang sudah kadaluarsa.
b. Penelitian hasil inspeksi berupa
data
Data tersebut kemudian di olah untuk dijadikan bahan
penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif
sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan kepada guru, sehingga supervisi
dapat berhasil dengan memuaskan.
c. Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha untuk mengetahui segala
fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan dan hasil
pengajaran.
d. Latihan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian di adakan
latihan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai
upaya perbaikan dan atau penigkatan. Hal inipun bisa sebagai pemecahan atas
masalah-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat berupa lokakarya, seminar,
demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling mengunjungi atau cara lain
yang dipandang efektif.
e. Pembinaan
Pembinaan atau pengembangan merupakan lanjutan dan
kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan
cara-cara yang diperkenalkan sebagai hasil penemuan penelitian, termasuk dalam
hal ini membantu guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan
cara-cara baru.
Tujuan
supervisi pendidikan adalah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. N.A. Ametembun (1981:
28) merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan dengan memperhatikan beberapa
faktor yang sifatnya khusus, sehingga dapat membantu mencari dan menentukan
kegiatan supervisi yang lebih efektif.
Adapun
tujuan-tujuan itu adalah:
a.
Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami
tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu.
b.
Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.
Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis
secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar,
serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.
Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta
warga sekolah lainnya terhadap tata kerja demokratis dan kooperatif, serta
memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
e.
Memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu
layanannya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”.
f.
Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah
kepada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
g.
Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat
mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan
peserta didik, dan;
h.
Mengembangan esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya
rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) antar guru-guru.
3.
Teknik-teknik
Supervisi pendidikan
Berbagai teknik
dapat digunakan supervisor dalam membantu guru-guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok (group
techniques), maupun secara perorangan (individual
techniques), ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak
langsung atau melalui media komunikasi (visual,
audial, audio-visual).
Beberapa teknik
supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
a.
Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh
gambaran tentang kegiatan belajar mengajar dikelas.
b. Pertemuan
pribadi antara suoervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus
yang dihadapi guru.
c. Rapat antara supervisor
dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-masalah mum
yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan.
d. Kunjungan antar
kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk saling
menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha-usaha
perbaikan dalam proses bakajar mengajar.
e. Pertemuan – pertemuan di kelompok
kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah ,serta pertemuan kerja guru, pusat
kegiatan guru dan sebagainya.
B. Prosedur
Kegiatan Supervisi Pengajaran/ Pelayanan Profesional Guru
Secara
keseluruhan, menurut Moh. Riva’I, prosedur supervisi pendidikan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, supervisor
harus mendapatkan dara tentang keseluruhan situasi belajar mengajar dari murid,
guru, program pengajaran, alat atau fasilitas dan situasi. Cara atau teknik
pengumpulan data – data tersebut dapat dilakukan dengan observasi atau
kunjungan kelas, pertemuan pribadi , studi laporan dan dokumen serta
menyebarkan kuisioner atau angket.
b. Penyimpulan atau penilaian
Dalam prosedur penyimpulan atau
penilaian harus memuat tentang keberhasilan murid, keberhasilan guru dan faktor
– faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menentukan criteria penilaian bersama, pertemuan pribadi dan
diskusi antar guru.
c. Diskusi kelemahan
Dalam prosedur supervisi ini,
kekurangan atau kelemahan mengenai pribadi guru di depan kelas, penguasaan
materi, penguasaan metode, hubungan antara personel dan administrasi kelas
dapat dianalisis dengan cara melakukan pertemuan pribadi, rapat staf dan
konsultasi dengan nara sumber / ahli.
d. Memperhatikan kelemahan dan
meningkatkan kemampuan guru
Setelah kekurangan atau kelemahan
guru didiskusikan dan telah dikemukakan bersama, maka seorang supervisor harus
segera menindaklanjutinya dengan memperhatikan guru yang bersangkutan dengan
maksud menungkatkan kemampuan guru tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara memperoleh informasi secara langsung dari sumber terdekat dan penataran.
Guru tersebut juga bisa diikutsertakan dalam program kunjungan antar kelas atau
interschool visit demi memperlihatkan
cara ajar guru di kelas atau di sekolah lain.
e. Bimbingan dan pengembangan
Tahap ini merupakan pengembangan
dari prosedur sebelumnya, dimana dalam tahap ini guru akan menerapkan hasil
usaha dan penataran yang telah dilakukan.
f. Penilaian kemajuan
Penilaian dilakukan dalam hal
perubahan yang telah dicapai guru sebagai hasil peningkatan dan bimbingan. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara kunjungan kelas langsung, pertemuan pribadi,
observasi dan diskusi.
Melihat rangkaian prosedur kegiatan
supervisi tersebut, pada dasarnya supervisor memiliki kewajiban untuk
melakukanusaga memberikan pelayanan profesional kepada guru – guru.namun dalam
melakukan hal tersebut, seorang supervisor hanya akan efektif apabila ia
memahami persoalan mengajar belajar yang dihadapi oleh guru –guru. Untuk itu,
seorang supervisor pendidikan dituntut untuk selalu ‘dekat’ dengan guru – guru
dan menempatkan diri sebagai bagian dari sistem pengajaran. (Djam’an Satori,
1995).
1.
Perilaku-perilaku
Etik yang Perlu Dimiliki Supervisor Pendidikan
Salah
satu pendukung keberhasilan dalam melaksanakan supervisi adalah perilaku supervisi
sendiri. Factor manusia dibelakang memepunyai pengaruh besar dalam misi supervisi.
Supervisi yang berhasil adalah mereka yang dapat menjalankan tugasnya. Ia
memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan profesi supervisor dan ia dapat menjaga
etik pekerjaannya. Sifat utama yang harus dimiliki supervisor, yaitu:
a.
Sifat
yang Berhubungan dengan Kepribadian
1) Memperhatikan perbuatan nyata dalam
segala hal.
2) Bertindak sesuai dengan waktu dan
tempatnya dalam segala hal.
3) Keterbukaan, tidak menyembunyikan
sesuatu yang dirahasiakan.
4) Tidak kehabisan inisiatif, penuh
prakarsa.
5) Tekun dan ulet dalam mengerjakan
pekerjaan.
6) Mempunyai dayatahan dan psikis yang
tinggi tidak cepat putusasa.
b.
Sifat
yang Berhubungan dengan Profesi
Sifat-sifat ini dikemukakan oleh Edgar H. Schein (1972:8-9)
yang dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
1) Harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan.
2) Seorang profesional memiliki
motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya.
3) Memiliki suatu pengetahuan khusus dan
keterampilan yang diperolehnya dari pendidikan yang cukup lama.
4) Membuat keputusan-keputusan dalam
tindakannya demi kepentingan klien, bukan harus bekerja tanpa pamrih.
5) Pelayanan atas dasar kebutuhan yang
objektif dari klien.
6) Seorang profesional harus berorientasi
pada pelayanan terhadap klien.
7) Seorang profesional mempunyai
otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien. Ia adalah orang yang
lebih tahu tentang apa yang baik bagi klien daripada klien itu sendiri.
8) Menjadi anggota organisasi profesi
yang diseleksi melalui ukuran-ukuran tertentu, seperti standar pendidikan atau
ukuran-ukuran lain yang sejenis, memiliki keahlian yang sama dan
dalam wilayah tertentu.
9) Memiliki pengetahuan yang spesifik.
10) Seorang profesional tidak boleh
mengiklankan untuk mendapatkan pasaran luas.
c.
Sifat-sifat
Supervisor yang Dikendaki untuk Menurut Pendapat dan Harapan Supervisi pada
Umumnya
1) Mempunyai perhatian terhadap segala
kegiatan di sekolah.
2) Bersikap simpatik dan mempunyai
perhatian terhadap murid.
3) Mempunyai sikap terbuka, yang tidak
apriori menolak pendapat orang lain.
4) Mempunyai daya humor dan tidak cepat
tersinggung.
5) Percaya pada diri sendiri (self
confidence) sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan ketenangan kepada supervisie.
6) Tidak terlalu mencari-cari
masalah-masalah kecil.
7) Dapat mengajak dan menimbulkan rasa
ingin tahu.
8) Kritis, tetapi bersifat membangun
dapat memberikan saran-saran.
9) Luas pengetahuannya tentang
masalah-masalah pendidikan dan masalah administraif organisatoris.
10) Dapat mengemukakan ide-ide baru.
11) Fisik sehat dan terpelihara, serta
berpakaian rapih.
d.
Supervisi
yang Demokratis
Indonesia
yang merupakan sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi sudah sepantasnya
apabila seluruh sendi kehidupan haruslah memiliki sifat demokratis, dari mulai
pucuk kepemimpinan hingga ke ‘akar rumput’,begitupun seorang supervisor.
Supervisor yang demokratis merupakan supervisor yang ideal ada di sebuah
sekola, karean dia diharapkan selalu berusaha secara kontinu menjalin pertalian
kesatuan yang optimal di antara guru – guru.Berikut merupakan perbandingan
antara supervisor demokratis dan supervisor otokratis / dominan.
OTOKRATIS
|
DEMOKRATIS
|
||||
1.
|
Beranggapan bahwa
ia dapat melihat dan menemukan semua segi-segi masalah
yag dihadapi
|
1.
Menyadari bahwa kemampuan
sekian puluh anggota stafnya merupakan potensi yang
dapat melebihi kemampuannya.
|
|||
2.
|
Tidak tahu
/ mau memanfaatkan pengalaman
orang lain
|
2.
|
Dapat
dan berusaha memanfaatkan pengalaman orang lain.
|
||
3.
|
Tidak dapat
/ bersedia melepaskan
kekuasaan dari tangannya
|
3. Tahu bagaimana mendelegasikan tugas dan
tanggung jawabnya
|
|||
4.
|
Biasanya sangat
tertarik pada pekerjaan-pekerjaan rutinnya,
sehingga sukar melihat
masalah-masalah
|
4.
|
Dapat
melepaskan diri dari
tugas-tugas rutin, sehingga
dapat mengembangkan kepemimpinan yang kreatif
|
||
5.
|
Berprasangka terhadap ide-ide baru
|
5.
|
Dapat lekas
mengakui dan menghargai ide
orang lain
|
||
6.
|
Mempunyai sifat sebagai yang lebih
tahu
|
6. Memelihara sikap yang
ramah sebagai penolong dan penasehat
|
|||
7.
|
Tidak mau
mengakui bahwa ia
memiliki sifat-sifat yang
otokratis
|
7.
|
Selalu berusaha menerapkan cara-cara yang demokratis
|
||
8.
|
Kurang memberi
kesempatan kepada orang
lain untuk maju sebagai pemimpin
|
8.
|
Selalu berusaha
melaksanakan tugas “memimpin adalah menibulkan kepemiminan
yang dipimpin
|
2.
Jenis-jenis
Supervisi
a.
Supervisi
Kelompok
Supervisi kelompok muncul sebagai
reaksi terhada kesalahan-kesalahan supervisi individual. Kelemahan supervisi
individual ini terutama terletak pada kekurangsempurnaan dalam menyelesaikan
suatu masalah yang dihadapi oleh guru. Masalah-masalah tersebut hanya diselesaikan
berdasarkan pandangan supervisor dan guru tersebut. Padahal supervisor dan guru
itu pada umumya ahli pada bidang tertentu saja. Kelemahan yang lain ialah
berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan. Penylesaian masalah individual sudah
jelas memakan biaya lebih banyak daripada masalah kelompok, sebab supervisi
indivudual diadakan jauh lebih sering dibandingkan supervisi kelompok pada
sekolah yan sama dengan permasalahan yang sama.
Mengajar secara kelompok ( team
teaching ) merupakan langkah awal dalam supervisi kelompok. Dalam pengajaran
seperti ini, beberapa orang guru akan mengajarkan suatu bidang studi bersama
masing-masing guru memberikan satu aspek tertentu dari bidang studi itu kepada
para murid. Sehngga bidang studi itu dengan seluruh aspeknya bisa diterima
dengan relatif sempurna oleh murid-murid. Sebab masing-masing aspek diberikan
oleh guru yang ahli dalam aspek itu ( made pidarta, 1992: 245 )
b.
Supervisi
Klinis
Adheson
& Gall menyatakan bahwa supervisi klins ialah proses membina guru untuk memperkecil
juragan antara perilaku mengajar nyata dengan prilaku mengajr seharusnya atau
yang ideal (Tim Dosen,1989). Sementara itu Lucio ( 1979 : 20 ) membatsi maksud
supervisi klinis hanya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan
mengubah preforma mereka agar cocok dengan inovasi itu.Sama halnya dengan
mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat didiagnosis dalam proses belajar
mengajar, untuk menentukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat
mengajar dengan baik.
C. Implementasi
di Lapangan
Implementasi
di lapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan melaksanakan supervisi,
karena diakibatkan oleh beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut seharusnyatidak
menjadi penghambat dalam pencapaian supervisi professional. Sikap supervisor
yang memaksakan kehendak perlu diubah.
Penilaian
pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah merupakan salah satu cara mengetahui
kelemahan pelaksana pembinaan maupun
faktor yang memberinya harapandalam kemudahan pelaksanaan supervisi.
Impementasi di lapangan banyak ditemukan
masalah-masalah yang masih menghambatterlaksananya supervisi diantaranya:
a.
Sistem kerja
sentralisasi yang masih melekat.
b.
Persaingan mutu sekolah
semakin terasa berat.
c.
Masih adanya mental
anak emas untuk guru yang dinialai baik.
d.
Tuntutan akuntabilitas
penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi.
e.
Transparasi mejemen
sekolah.
f.
Transparasi pengelolaan
keuangan sekolah.
Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan
pemecahan pemasalahan yang ditempuh dalam kegiatan supervisi oleh kepala
sekolah adalah:
a.
Penyamaan visi dan
misi.
b.
Pengelolaan
supervisiyang baik.
c.
Pelibatan guru secara
individual dalam pelaksanaan supervisi.
d.
Pelibatan organisasi
guru untuk mengukur keberhasilan guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat sharring.
BAB III
SIMPULAN
A.
Simpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka maupun pembahasan analisis
terhadap masalah dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan
merupakan sebuah proses aktivitas yang sangat penting dilakukan dalam tubuh
sekolah, karena di dalamnya memuat proses pemerhatian, pembinaan, perbaikan dan
pengembangan professional guru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dalam
jangka panjang juga berdampak sangat baik untuk meningkatkan dan mempertahankan
kemajuan belajar peserta didik. Walaupun sasaran supervisi ini dikhususkan
kepada guru, namun dampak dari itu semua juga baik demi kemajuan prestasi
belajar peserta didik, karena hasil dari kegiatan supervisi pendidikan tersebut
nantinya akan merefleksikan kemampuan dan kualitas guru dalam memberikan
pengajaran.
B.
Saran / Rekomendasi
Sejalan dengan simpulan di atas,
maka dapat dirumuskan saran – saran sebagai berikut :
1. Bagi semua penulis yang akan
mengangkat tema ini, cobalah lakukan observasi dengan menyebarkan angket mengenai
keberhasilan supervisor mensupervisi guru demi mengukur sejauh mana
keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai supervisor.
2. Bagi semua pembaca yang merupakan
guru dan calon guru, tingkatkan kualitas gaya ajar kita, demi terciptanya
kegiatan supervisi pendidikan yang efektif dan efisien jika kelak kita diberi
amanah sebagai guru.
3. Bagi semua masyarakat pendidikan ,
khususnya para orang tua, diharapkan dapat berperan aktif memantau kondisi
anaknya, khususnya dalam hal prestasi belajar anak, hal ini dapat membantu
supervisor dalam mensupervisi guru – guru.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca
yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
TIM DOSEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. (2012). Manajemen
Pendidikan. Bandung.: ALfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar