MAKALAH INI ADALAH HASIL KERJA KELOMPOK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adapun yang melatar belakangi masalah yang penulis bahas dalam makalah ini selain untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik ialah proses yang begitu cepatnya manusia pada masa bayi, mengerti dan merespon apa-apa yang kita katakan dan kita ucapkan kepadanya
sehingga mampu mengeluarkan bunyi-bunyi serta gerakan-gerakan tubuhnya
membuktikan bahwa dia mengerti dan paham apa yang kita katakan padanya, hal ini
juga membuktikan bahwa dia berkomunikasi dengan kita. Dengan demikian penulis
tertarik untuk membahas Pemerolehan Fonologi pada Manusia, sehingga dengan demikian penulis dapat mengetahui teori-teori yang membahas tentang Pemerolehan Fonologi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dari itu dapat penulis rumuskan
masalah-masalah yang terkait dengan fonologi adalah :
1. Adanya
diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi
meskipun belum mampu untuk berbicara.
2. Ada diantarnya yang
lamban salah satu diantara perkembangan fisik dengan kemampuan untuk berbicara.
3. Dan ada diantarnya
yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.
4. Ada diantarnya yang
sudah berkembang fisik dengan baik begitu juga bicaranya tetapi kurang tepat
/pas dengan kata-kata yang sebenarnya.
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis cantumkan diatas, maka
penulis membatasi masalah yang akan penulis bahas :
1. Adanya
diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi
meskipun belum mampu untuk berbicara.
2. Dan ada diantarnya
yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Pemerolehan Bahasa
Proses
pemerolehan dan penguasaan bahasa anak-anak merupakan satu perkara yang cukup
menakjubkan. Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat
mengagumkan dan sukar dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang
berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses
ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun
tidak, sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu anak-anak
walaupun umumnya tidak ada pengajaran formal. Pengertian perkembangan bahasa pada anak:
1. Perkembangan bahasa pada anak adalah suatu pola
pengembangan secara gradual atau bertahap, yang akan mempengaruhi kemajuan
perkembangan linguistik kanak-kanak pada suatu kecepatan yang mantap, yang
meningkat sedikit demi sedikit setiap hari. (Henry Guntur Tarigan, 1986:263)
2. Perkembangan bahasa pada setiap anak berbeda, dimana
bahasa akan muncul dalam waktu yang berbeda, dalam budaya yang berbeda, dan hal
tersebut akan membawa perbedaan yang sangat besar pada kemampuan anak
berbahasa. (Leo Idra Ardiana, dkk., 2000:32)
3. Perkembangan bahasa pada pada anak adalah proses
pemerolehan bahasa yang dialami kanak-kanak sejak lahir sampai kira-kira
menjelang usia sekolah. (Abdul Chaer, 2003:221).
Pemerolehan
fonologi pada anak meliputi kemampuan anak menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang
berupa vokal dan konsonan walaupun belum dalam bunyi yang sempurna. Bunyi-bunyi
tersebut terjadi secara bertahap yaitu:
a. Pada usia 6 minggu, anak menghasilkan bunyi-bunyi yang
mirip bunyi vokal dan konsonan;
b. Pada usia 8-20 minggu, anak berada pada tahap mendekut (cooing);
c. Pada usia 6 bulan, anak mencampur bunyi konsonan dan vokal
(babbling/celotehan);
d. Pada usia 2 tahun, anak melafalkan sebuah dengan konsonan
di akhir kata tidak dilafalkan.
B.
Pengertian
Fonologi
Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau
bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Sementara
menurut Kridalaksana (2007:2), fonologi adalah ilmu tentang bunyi pada umumnya
fonetik sedangkan bunyi bahasa diteliti atau di uraikan dalam fonologi. Istilah
fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone ‘bunyi’ dan ‘logos’
tatanan, kata, atau ilmu’ dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua
bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi
bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari
bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat
netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem
ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena
pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem
dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Untuk menghasilkan
suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
a. Udara,
b. Artikulator
atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
c. Titik
artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan
dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang
dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang
dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh
adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .
Fonem dan Pembuktiannya
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang
berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal.
Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras
minimal.
Contoh :
- pola & rnembedakan /o/ dan /u/®pula
- barang & membedakan /b/ dan /p/®parang
Memahami bunyi merupakan sesuatu hal yang dipandang
penting dalam pembelajaran bahasa. Seorang peneliti bahasa akan sutit
mengidentifikasi bahasa jika ia tidak menguasai bunyi bahasa. Dengan memahami
bagaimana suatu kata dibunyikan dengan baik, seorang pembelajar bahasa akan
semakin cepat menguasai bahasa yang hendak dipelajari. Oleh sebab itu,
penguasaan bunyi dipandang penting dalam pembelajaran bahasa dan penelitian
bahasa (Samsuri, 1987:91).
C. Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi
Dalam
pemerolehan bahasa, masukan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat
menentukan. Manusia tidak akan dapat menguasai bahasa apabila tidak
ada masukan komprehensif. Pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak
telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Disamping itu, dalam
bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah
mengetahui kodrat-kodrat yang universal. Chomsk (dikutip Dardjowidjojo,
2005:244), mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah
dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan
menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti
apa ditentukan oleh input dari sekitar.
Teori-teori yang menjelaskan
mengenai Pemerolehan Fonologi dalam bahasa, diantaranya sebagai berikut.
1. Teori Strukur Universal
Teori struktur universal ini dikembangkan oleh Jakobson (1968).
Oleh karena itu sering juga disebut teori Jakobson. Pada intinya teori ini
mencoba menjelaskan pemorelahan berdasarkan struktur-struktur universal
lunguistik yakni hukum- hukum struktural yang megatur perubahan bunyi.
Dalam penelitiannya Jakobson mengamati pengeluaran
bunyi-bunyi oleh bayi-bayi pada tahap
membabel (babling) dan menemukan bahwa bunyi yang normal mengeluarkan
berbagai bunyi yang normal mengeluarkan berbagai ragam bunyi dan vokalisasinya
baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Namun ketika bayi mulai memperoleh
“kata” pertamanya ( kira-kira 1-0 tahun) makanya kebanyakan bunyi-bunyi ini
menghilang. Malah sebagian dari bunyi-bunyi itu baru muncul kembali beberapa
tahun kemudian. Dari pengamatannya Jakobson menyimpulkan
adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi yaitu :
a.
Tahap membabel prabahasa.
b.
Tahap pemerolehan bahasa murni
Pada tahap prabahasa bunyi-bunyi yang dihasilkan bayi tidak menujukkan suatu
urutan perkembangan tertentu, dan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan
masa pemerolehan bahasa berikutnya. Jadi pada tahap membabel ini bayi hanya
melatih alat-alat vokalnya dengan cara mengeluarkan bunyi-bunyi tanpa tujuan
tertentu, atau bukan untuk berkomunikasi, sebaliknya, pada tahap pemerolehan
bahasa yang sebenarnya bayi mengikuti suatu pemerolehan bayi yang relative
universal dan tidak berubah.
Menurut Jakobson diantara kedua tahap itu terdapat masa tidak adanya
kegiatan yang menunjukkan tidak adanya kesinambungan diantara kedua tahap itu,
meskipun masanya sangat singkat dan tidak tampak jelas. Banyak pakar
psikolunguistik perkembangan menerima teori
Jakobson mengenai masa
senyap ini. Beberapa bukti yang memperkuat teori Jakobson ini adalah
sebagai berikut:
a.
Bunyi likuida
[l] dan [r] yang sering muncul pada tahap membabel, hilang pada tahap
mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya. Bunyi ini baru muncul lagi ketika
bayi berumur tiga setengah tahun (3:6) atau (4:0) bahkan ketika berumur lima
tahun (5:0).
b.
Bayi-bayi yang
pekak membabel dengan cara yang sama dengan yang sama dengan yang normal.
Namun, setelah tahap membabel ini selesai bayi-bayi ini pun akan berhenti
mengeluarkan bunyi-bunyi.
c.
Menurut
penelitian Port dan Preston (1972), VOT (voice onset time = waktu antara
pelepasan bunyi hambat dan bergetarnya pita suara) seperti konsonan [d] dan [t]
tidak sama pada tahap membabel dengan VOT pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa
yang sebenarnya; dan VOT ketika berusia satu tahun (1 : 0) sama dengan VOT
orang dewasa. Perbedaan VOT ini membuktikan adanya masa peralihan diantara
tahap membabel dengan tahap mengeluarkan bunyi yang sebenarnya.
Jika tahap pemerolehan bahasa yang sebenarnya dimulai, maka akan terdapat
urutan peringkat perkembangan yang teratur dan tidak berubah meskipun taraf
kemajuan tiap individu tidak sama. Perkembangan peringkat ini ditentukan oleh
hukum-hukum yang bersifat universal yang oleh Jakobson disebut “
the laws of irreversible solidarity. (1968 : 68).
Jadi pada teori ini dapat disimpulkan pemerolehan
fonologi berdasarkan struktur-struktur universal luguistik, dan terdapat dua
tahap dalam pemerolehan fonolgi yaitu pemerolehan tahap membabel prabahasa,
tahap pemerolehan bahasa nurani.
2. Teori Generative Struktur Universal
Teori Struktural Universal yang diperkenalkan oleh Jakobson di atas
telah diperluas oleh Moskowitz (1970, 1971) dengan cara
menerapkan unsur-unsur fonologi generatif yang diperkenalkan oleh Chomsky
dan Halle (1968). Yang paling menonjol dari teori Moskowitz
ini adalah “penemuan konsep” dan “pembentukan hipotesis” berupa rumus-rumus
yang dibentuk oleh kanak-kanak berdasarkan Data
Linguistik Utama (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarnya
sehari-hari.
Moskowitz yang tidak
sejalan dengan teori Chomsky yaitu mengenai
konsep-konsep yang harus ditentukan oleh anak-anak untuk mengasimilasikan DLU
lebih berkaitan dengan proses struktur nurani yang dihipotesiskan. Namun,
kesimpulan lain menunjukkan adanya keselarasan yang tinggi dengan teori Chomsky
yakni karena Moskowitz menentang teori pemerolehan bahasa dengan peniruan,
serta menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa pada
umumnya dan proses pemerolehan fonologi khususnya. Dalam proses pemerolehan
bahasa kanak-kanak menemukan konsep-konsep serta menerapkan konsep-konsep itu
untuk menciptakan bahasa.
Keberhasilan utama yang dicapai si bayi pada tahap membabel adalah penemuan
unit-unit kalimat yang merupakan unit lunguistik yang pertama. Ini ditandai
dengan munculnya intonasi dan hentian-hentian dalam ucapannya; dan ini
merupakan permulaan analisis bahasa segmental. Penemuan unit kalimat ini juga
mencerminkan satu langkah utama kearah sosialisasi, yakni pembelajaran semantic
karena kalimat sebagai suatu rangkaian bunyi panjang yang terbatas memiliki
makna tertentu. Pada tahap penemuan unit kalimat ini muncullah satu proses
pemorolehan fonologi yang bertingkat-tingkat sebagaimana bagan dibawah ini.





![]() |

2 Data yang lebih lama diingat




Proses dimulai dengan masuknya
data lunguistik (berupa bunyi ucapan) ke dalam kotak 1. Data yang tidak dapat
segera dipindahkan kedalam kotak 2 akan terbuang dari kotak 1; sedangkan yang
lain segera dipindahkan kedalam kotak 2 data ini akan diingat dengan lebih
lama. selanjutnya data ini dapat dipindahkan kekotak 3 agar data tersebut dapat
tinggal lebih lama lagi. Adaikata karena sesuatu sebab data ini tidak bisa
tinggal lebih lama , maka data ini akan kembali 1, dan menggalamai proses yang
sama dengan data baru lainya. Data yang telah lama ada dikotak 3 akan dikirim
kekotak 4 dengan syarat data tersebut terus muncul berulang-rulang. Data yang
telah disampaikan kekotak 4 ini akan terus dapat dikeluarkan sebagai keluaran. Jelaslah bahwa pada teori ini pemerolehan bahasa melaui penemuan konsep dan
pembentukan hipotesis dan menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam
pemerolehan bahasa.
3.
Teori Proses Fonologi Alamiah
Teori ini diperkenalkan oleh David Stampe (1972,
1973), yakni satu teori yang disusun berdasarkan teori fonologi alamiah yang
juga telah diperkenalkan sejak 1965. Menurut stampe proses fonologi kanak-kanak
bersifat nurani yang harus mengalami penindasan
(supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa.
Suatu proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan
yang saling bertentangan. Umpanya, terdapat suatu proses ynag menjadikan semua
bunyi hambat menjadi tidak bersuara dalam semua konteks, karena halangan
oralnya menghalangi arus udara yang diperlukan untuk menghasilkan bunyi-bunyi
ini. Namun, bagaimanapun bunyi-bunyi ini akan menjadi bersuara oleh proses lain
dengan cara asimilasi tertentu. Jika kedua proses ini terjadi bersamaan, maka
keduanya akan saling menindih, dan saling bertentangan: sebuah bunyi hambat
tidak mungkin secara serentak bersuara dan tidak bersuara pada lingkungan yang
sama. Masalah ynag bertentangan ini dapat dipecahkan dengan tiga cara berikut.
a.
Menindas
salah
satu dari kedua proses yang bertentangan itu. Umpanya bila kanak-kanan telah
menguasai bunyi-bunyi hambat bersuara dalam semua konteks, maka berarti dia
telah berhasil menindasproses
penghilangan suara yang ditimbulkan oleh halangan oral bunyi itu.
b.
Membatasi jumlah segmen atau jumlah
konteks yang terlibat dalam proses itu. Misalnya, proses penghilangan suara
dibatasi hanya pada bunyi-bunyi hambat tegang saja, sedangkan bunyi-bunyi
hambat longgar tidak dilibatkan.
c.
Mengatur erjadinya proses penghilangan
bunti suara dna proses pengadaan bunyi suara secara berurutan. Urutannya boleh
dimulai dengan proses penghilanga bunyi suara; lalu diikuti dengan proses
pengadaan bunyi bersuara. Kedua proses ini tidak mungkin terjadi secara
bersamaan.
Berikut
diberikan contoh usaha kanak-kanak dalam proses pemerolehan fonologi itu dari
ketiga cara diatas.
a. Penindasan
proses-proses
Seorang anak lelaki berumur dua tahun (2 : 0) yang
diamati Stampe (1972) membunyikan
kata “kitty” berturut-turut sebagai berikut dari: [ki] ke [kii] ke [kri] ke
[kiri] ke [kiti]. Hal ini dilakukan kanak-kanak dengan dasar proses ketegangan
vokal, kemudian penindasan penjatuhan suku kata setengah vokal, setelah itu
penindasan proses pengguguran getar, dan akhirnya proses penggetaran.
b. Pembatasan
proses-proses
Seorang kanak-kanak bernama Hildegard
membunyikan semua bunyihambat tak bersuara sebagai bersuara apabila berada di
depan segmen bersuara vokal.
[baba] untuk “papa”.
Beberapa
waktu lalu kemudian dia membatasi penyuaraan ini pada hambat yang berada di
antara vokal saja.
a. Pengaturan
proses-proses
Kanak-kanak yang bernama Hildegard di
atas sewaktu berusia satu tahun delapan bulan (1 : 8) mengucapkan

[du]
untuk “june” d
ȝ ¾¾¾¾ > d
[do
: i] untuk “joey”
Dari ketiga ucapan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Hildegard tidak mengucapkan [d ] sehingga menukarnya dengan
bunyi [d]. Namun, jika diteliti lebih jauh benernya dia mampu membunyikan [dȝ] sehingga terbukti dari ucapannya.
[dȝ ui] untuk “church”
[dȝ u d u] untuk “choo-choo” t ¾¾¾¾
> dȝ
Maka Stampe
mengambil kesimpulam bahwa Hildegard telah melakukan proses-proses berikut.
(a) dȝ ¾¾¾¾¾> d
(b) t ¾¾¾¾¾>
dȝ
(c) hambat ¾¾¾¾¾> + suara/
¾¾¾¾¾> vokal
4.
Teori Prosodi- Akuistik
Teori prosodi- akuistik ini
diperkenalkan oleh Weteson (1976) sesudah dia merasa
tidak puas dengan pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya tidak
memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai pemerolehan fonologi.
Weterson (1971) berpendapat bahwa pemerolehan
bahasa adalah satu proses sosial sehingga kajianya lebih tepat dilakukan
dirumah dalam konteks sosial yang sebenarnya daripada pengkajian data-data
eksprimen, lebih-lebih untuk mengetahui pomerolehan fonologi.
Weterson (1970) juga menemukan dan hubungan akuistik antara bentuk-bentuk ucapan
kanak-kanak dengan fitur-fitur bentuk ucapan orang dewasa. Kanak-kanak hanya
mengucapkan kembali bagian ucapan yang makan waktu lebih kurang 0,2 detik, dan bagian yang diucapkan kembali adalah elemen
vokal dan konsonan yang mencapai artikulasi kuat.
5. Teori
Kontras dan Proses
Proses ini diperkenalkan
oleh Ingram (1974,1979), yakni suatu
teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe; kemudian menyelaraskan hasil
penggabungan dengan teori perkembangan dari Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak memperoleh sistem
fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan strukturnya sendiri; dan kemudian
mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai sistem orang dewasa semakin
baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan akomodasi yang
terus-menerus (menurut teori Piaget): mengubah struktur untuk menyelaraskannya
dengan kenyataan. Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut
|

|

|
Umpamanya pada tahap permulaan
kanak-kanak telah menetapkan pola KV sebagai struktur kata-kata barunya. Maka
semua kata baru orang dewasa akan diasimilasikan dengan pola itu. Setelah
mempelajari lebih banyak kata-kata orang dewasa, maka sistem yang telah
diciptakannya akan diubah dan disesuaikan untuk dapat menampung kata-kata orang
dewasa dengan menciptakan satu pola baru yaitu KVK.
Ingram
menegaskan kita harus mengakui adanya ketiga peringkat perkembangan fonologi
kanak-kanak seperti telah digambarkan dalam bagan. Kita harus dapat menerangkan
bagaimana peringkat kedua (sistem kanak-kanak) terjadi. Untuk itu kita harus
mempertimbangkan bagaimana kanak-kanak mengamati dan mengeluarkan ucapan-ucapan.
Oleh karena persepsi kanak-kanak belum lengkap, maka pemerolehan sistem
kanak-kanak haruslah digambarkan sebagai berkut.
|
|
||||
|
|||||



![]() |
|||||
|
|||||
![]() |
|||||
Bagan diatas menjelaskan bahwa suatu
uraian yang tepat mengenai perkembangan fonologi kanak-kanak harus dapat
menerangkan ketiga peringkat di atas yaitu persepsi,organisasi,
dan pengeluaran.
Karena fonologi membicarakan
kontras-kontras dan berusaha memberikan satu pengucapan pada tiap morfem, maka
kanak-kanak haruslah berusaha memperoleh kontras-kontras dalam
pengucapan-pengucapan itu.
Ucapan kontras-kontras yang dibuat
kanak-kanak untuk memperoleh kontras-kontras fonologi orang dewasa inilah yang
harus diberikan oleh peringkat organisasi ucapan kanak-kanak. Di samping itu,
peringkat organisasi ini harus juga menerangkan semua proses yang berlaku yang
digunakan oleh kanak-kanak untuk kontras itu. Lihat bagan berikut.

Tahap-tahap pemerolehan fonologi yang
dibuat Ingram di atas sejalan dengan
tahap-tahap perkembangan kognitif dari Piaget (1962). Pada tahap persepsi, yang
belum produktif itu, terdapat dua subtahap yaitu (a) tahap vokalisasi
praucapan, dan (b) tahap fonologi primitif.
Tahap
vokalisasi praucapan adalah tahap sebelum kata-kata pertama muncul yang dimulai
dengan mendekat ketika berumur empat bulan (0 : 4). Kemudian diikuti dengan
membabel. Menurut Ingram membabel ini bukanlah kegiatan semaunya, melainkan
merupakan suatu kegiatan yang agak teratur, dan maju berkelanjutan. Membabel
ini bukan merupakan satu latihan, melainkan ada hubungannya dengan seluruh
proses pemerolehan fonologi.
Tahap
fonologi primitif muncul pada tahap satu kata (holofrasis) dalam pemerolehan
sintaksis. Tahap ini pun belum produktif karenakanak-kanak belum memperoleh
rumus-rumus fonologi yang sebenarnya. Sesudah menganalisis data ucapan dari
sejumlah kanak-kanak, Ingram menyimpulkan bahwa teori Jakobson tidak seluruhnya
benar. Umpamanya, menurut teori Jakobson bentuk suku kata pertama yang muncul
adalah KV atau reduplikasi KVKV; tetapi menurut data bentuk VK juga banyak
muncul. Begitu pun bentuk pengulangan yang ditemukan sangat berlainan antara
kanak-kanak yang satu dengan kanak-kanak yang lain.
Pada
tahap pengeluaran (yakni tahap proses yang aktif), yang dimulai ketika berusia
satu tahun setengah (1 : 6), terdapat dua peristiwa penting, yaitu:
a.Terjadinya pertumbuhan kosakata
dengan cepat.
b.Munculnya ucapan-ucapan dua kata.
Pada
tahap ini kanak-kanak dimulai mengembangkan kemampuannya untuk menentukan
bunyi-bunyi ucapan yang dapat dipakai untuk menyatakan perbedaan makna. Tahap
ini berlangsung sampai kanak-kanak berumur tiga tahun enam bulan (3 : 6) sampai
empat bulan (4 : 0).
Lebih
jauh Ingram juga menemukan bahwa konsonan pertama yang muncul bukan hanya
konsonan bilabial seperti pendapat Jakobson, melainkan juga ditemukan konsonan
dental dan konsonan frikatif. Namun, konsonan bilabial memang jauh lebih
banyak. Begitu juga vokal [u] dan [i] sebagai vokal pertama. Oleh karena itu,
menurut Ingram kata-kata yang didengar kanak-kanak sebagai masukan menentukan
bunyi-bunyi pertama yang diperoleh kanak-kanak itu. Hal ini bertentangan dengan
teori Jakobson yang berpendapat bahwa masukan linguistik (yang didengar oleh
kanak-kanak) tidak mempengaruhi pemerolehan fonologinya karena urutan
pemerolehan kontras (oposisi) adalah nurani.
Pemerolehan
setiap bunyi tidak terjadi secara tiba-tiba dan sendiri-sendiri, melainkan
secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur. Ucapan kanak-kanak selalu berubah
antara ucapan yang benar dan tidak benar secara progresif sampai ucapan seperti
orang dewasa tercapai. Pemerolehan fonologi kanak-kanak terjadi melalui
beberapa proses penyederhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi.
Proses-proses itu adalah:
a.Proses substitusi : penukaran satu
segmen oleh segmen lain. Proses ini terjadi
dari sebagai berikut.
1.
Penghentian:
bunyi frikatif ditukar dengan bunyi hambat.


2. Pengedepanan: yaitu menukar bunyi
velar dan palatal dengan bunyi alveolar


3. Peluncuran: yaitu likuida ([i], [r])
ditukar dengan bunyi luncuran (glide) [w] dan [y]


4. Vokalisas: satu suku kata konsonan
ditukar dengan satu suku kata vokal (satu proses yang terutama tegas dalam
bahasa Inggris)


5. Netralisasi vokal: bunyi-bunyi vokal
berubah menjadi vokal tengah.


b.proses asimilasi, yaitu
kecenderungan untuk mengasimilasikan satu segmen
segmen lain dalam satu kata. Proses ini terdidi dari:
1. Penyuaraan, yakni bunyi-bunyi konsonan
cenderung disuarakan jika muncul pada akhir suku kata



2. Keharmonisan konsonan, yakni
bunyi-bunyi konsonan cenderung berasimilasi satu sama lain. Pola-pola yang
sering muncul adalah
(a) Konsonan apikal cenderung berasimilasi
dengan konsonan velar yang berdekatan.


(b) Konsonan apikal cenderung berasimilasi
dengan konsonan bilabial yang berdekatan.


3. Asimilasi vokal progresif, yakni
sebuah vokal yang tidak mendapat tekanan diasimilasikan pada vokal yang
mendapat tekanan suara yang muncul di depan atau di belakangnya.


c.proses struktur suku kata, yaitu
kecenderungan kanak-kanak menyederhanakan
struktur suku kata. Pada umumnya penyederhanaan suku kata ini berlaku ke
arah
suku kata KV. Proses ini terdiri dari:
1. Reduksi klaster: satu klaster konsonan
direduksikan menjadi satu konsonan saja.


2. Pengguguran konsonan akhir: suku kata
KVK dipendekkan menjadi KV dengan menggugurkan konsonan akhir.


3. Pengguguran suku kata yang tidak
mendapat tekanan digugurkan jika suku kata mendahului satu suku kata yang
mendapat tekanan suara.


4. Reduplikasi: dalam kata panjang suku
kata KV diulang.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar