Minggu, 30 November 2014

PEMEROLEHAN FONOLOGI

MAKALAH INI ADALAH HASIL KERJA KELOMPOK


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Adapun yang melatar belakangi masalah yang penulis bahas dalam makalah ini selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik ialah proses yang begitu cepatnya manusia pada masa bayi, mengerti dan merespon apa-apa yang kita katakan dan kita ucapkan kepadanya sehingga mampu mengeluarkan bunyi-bunyi serta gerakan-gerakan tubuhnya membuktikan bahwa dia mengerti dan paham apa yang kita katakan padanya, hal ini juga membuktikan bahwa dia berkomunikasi dengan kita. Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas Pemerolehan Fonologi pada Manusia, sehingga dengan demikian penulis dapat mengetahui teori-teori yang membahas tentang  Pemerolehan Fonologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas maka dari itu dapat penulis rumuskan masalah-masalah yang terkait dengan fonologi adalah :
1. Adanya diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi meskipun belum mampu untuk berbicara.
2. Ada diantarnya yang lamban salah satu diantara perkembangan fisik dengan kemampuan untuk berbicara.
3. Dan ada diantarnya yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.
4. Ada diantarnya yang sudah berkembang fisik dengan baik begitu juga bicaranya tetapi kurang tepat /pas dengan kata-kata yang sebenarnya.

C. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis cantumkan diatas, maka penulis membatasi masalah yang akan penulis bahas :
1. Adanya diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi meskipun belum mampu untuk berbicara.
2. Dan ada diantarnya yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Pemerolehan Bahasa
Proses pemerolehan dan penguasaan bahasa anak-anak merupakan satu perkara yang cukup menakjubkan. Bagaimana manusia memperoleh bahasa merupakan satu isu yang amat mengagumkan dan sukar dibuktikan. Berbagai teori dari bidang disiplin yang berbeda telah dikemukakan oleh para pengkaji untuk menerangkan bagaimana proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. Memang diakui bahwa disadari ataupun tidak, sistem-sistem linguistik dikuasai dengan pantas oleh individu anak-anak walaupun umumnya tidak ada pengajaran formal. Pengertian perkembangan bahasa pada anak:
1.    Perkembangan bahasa pada anak adalah suatu pola pengembangan secara gradual atau bertahap, yang akan mempengaruhi kemajuan perkembangan linguistik kanak-kanak pada suatu kecepatan yang mantap, yang meningkat sedikit demi sedikit setiap hari. (Henry Guntur Tarigan, 1986:263)
2.    Perkembangan bahasa pada setiap anak berbeda, dimana bahasa akan muncul dalam waktu yang berbeda, dalam budaya yang berbeda, dan hal tersebut akan membawa perbedaan yang sangat besar pada kemampuan anak berbahasa. (Leo Idra Ardiana, dkk., 2000:32)
3.    Perkembangan bahasa pada pada anak adalah proses pemerolehan bahasa yang dialami kanak-kanak sejak lahir sampai kira-kira menjelang usia sekolah. (Abdul Chaer, 2003:221).
Pemerolehan fonologi pada anak meliputi kemampuan anak menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang berupa vokal dan konsonan walaupun belum dalam bunyi yang sempurna. Bunyi-bunyi tersebut terjadi secara bertahap yaitu:
a.    Pada usia 6 minggu, anak menghasilkan bunyi-bunyi yang mirip bunyi vokal dan konsonan;
b.    Pada usia 8-20 minggu, anak berada pada tahap mendekut (cooing);
c.    Pada usia 6 bulan, anak mencampur bunyi konsonan dan vokal (babbling/celotehan);
d.   Pada usia 2 tahun, anak melafalkan sebuah dengan konsonan di akhir kata tidak dilafalkan.

B.     Pengertian Fonologi
Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Sementara menurut Kridalaksana (2007:2), fonologi adalah ilmu tentang bunyi pada umumnya fonetik sedangkan bunyi bahasa diteliti atau di uraikan dalam fonologi. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone ‘bunyi’ dan ‘logos’ tatanan, kata, atau ilmu’ dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.  Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
a.    Udara,
b.    Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
c.    Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.

Vokal dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan.  Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .

Fonem dan Pembuktiannya
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.
Contoh :
- pola &  rnembedakan /o/ dan /u/®pula
- barang &  membedakan /b/ dan /p/®parang

Memahami bunyi merupakan sesuatu hal yang dipandang penting dalam pembelajaran bahasa. Seorang peneliti bahasa akan sutit mengidentifikasi bahasa jika ia tidak menguasai bunyi bahasa. Dengan memahami bagaimana suatu kata dibunyikan dengan baik, seorang pembelajar bahasa akan semakin cepat menguasai bahasa yang hendak dipelajari. Oleh sebab itu, penguasaan bunyi dipandang penting dalam pembelajaran bahasa dan penelitian bahasa (Samsuri, 1987:91).

C.      Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi
Dalam pemerolehan bahasa, masukan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan.  Manusia tidak akan dapat menguasai bahasa  apabila tidak ada masukan komprehensif. Pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Disamping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal. Chomsk (dikutip Dardjowidjojo, 2005:244), mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitar.
Teori-teori yang menjelaskan mengenai Pemerolehan Fonologi dalam bahasa, diantaranya sebagai berikut.
1.      Teori Strukur Universal
Teori struktur universal ini dikembangkan oleh Jakobson (1968). Oleh karena itu sering juga disebut teori Jakobson. Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pemorelahan berdasarkan struktur-struktur universal lunguistik yakni hukum- hukum struktural yang megatur perubahan bunyi.
Dalam penelitiannya Jakobson mengamati pengeluaran bunyi-bunyi oleh bayi-bayi pada tahap membabel (babling) dan menemukan bahwa bunyi yang normal mengeluarkan berbagai bunyi yang normal mengeluarkan berbagai ragam bunyi dan vokalisasinya baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Namun ketika bayi mulai memperoleh “kata” pertamanya ( kira-kira 1-0 tahun) makanya kebanyakan bunyi-bunyi ini menghilang. Malah sebagian dari bunyi-bunyi itu baru muncul kembali beberapa tahun kemudian. Dari pengamatannya Jakobson  menyimpulkan adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi yaitu :
a.    Tahap membabel prabahasa.
b.    Tahap pemerolehan bahasa murni
Pada tahap prabahasa bunyi-bunyi yang dihasilkan bayi tidak menujukkan suatu urutan perkembangan tertentu, dan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan masa pemerolehan bahasa berikutnya. Jadi pada tahap membabel ini bayi hanya melatih alat-alat vokalnya dengan cara mengeluarkan bunyi-bunyi tanpa tujuan tertentu, atau bukan untuk berkomunikasi, sebaliknya, pada tahap pemerolehan bahasa yang sebenarnya bayi mengikuti suatu pemerolehan bayi yang relative universal dan tidak berubah.
Menurut Jakobson diantara kedua tahap itu terdapat masa tidak adanya kegiatan yang menunjukkan tidak adanya kesinambungan diantara kedua tahap itu, meskipun masanya sangat singkat dan tidak tampak jelas. Banyak pakar psikolunguistik perkembangan menerima teori Jakobson mengenai masa senyap ini. Beberapa bukti yang memperkuat teori Jakobson ini adalah sebagai berikut:
a.       Bunyi likuida [l] dan [r] yang sering muncul pada tahap membabel, hilang pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya. Bunyi ini baru muncul lagi ketika bayi berumur tiga setengah tahun (3:6) atau (4:0) bahkan ketika berumur lima tahun (5:0).
b.      Bayi-bayi yang pekak membabel dengan cara yang sama dengan yang sama dengan yang normal. Namun, setelah tahap membabel ini selesai bayi-bayi ini pun akan berhenti mengeluarkan bunyi-bunyi.
c.       Menurut penelitian Port dan Preston (1972), VOT (voice onset time = waktu antara pelepasan bunyi hambat dan bergetarnya pita suara) seperti konsonan [d] dan [t] tidak sama pada tahap membabel dengan VOT pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya; dan VOT ketika berusia satu tahun (1 : 0) sama dengan VOT orang dewasa. Perbedaan VOT ini membuktikan adanya masa peralihan diantara tahap membabel dengan tahap mengeluarkan bunyi yang sebenarnya.
Jika tahap pemerolehan bahasa yang sebenarnya dimulai, maka akan terdapat urutan peringkat perkembangan yang teratur dan tidak berubah meskipun taraf kemajuan tiap individu tidak sama. Perkembangan peringkat ini ditentukan oleh hukum-hukum yang bersifat universal yang oleh Jakobson disebut “ the laws of irreversible solidarity. (1968 : 68).
Jadi pada teori ini dapat disimpulkan pemerolehan fonologi berdasarkan struktur-struktur universal luguistik, dan terdapat dua tahap dalam pemerolehan fonolgi yaitu pemerolehan tahap membabel prabahasa, tahap pemerolehan bahasa nurani.


2.      Teori Generative Struktur Universal
Teori Struktural Universal yang diperkenalkan oleh Jakobson di atas telah diperluas oleh Moskowitz (1970, 1971) dengan cara menerapkan unsur-unsur fonologi generatif yang diperkenalkan oleh Chomsky dan Halle (1968). Yang paling menonjol dari teori Moskowitz ini adalah “penemuan konsep” dan “pembentukan hipotesis” berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak berdasarkan Data Linguistik Utama (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarnya sehari-hari.
Moskowitz  yang tidak sejalan dengan teori Chomsky yaitu mengenai konsep-konsep yang harus ditentukan oleh anak-anak untuk mengasimilasikan DLU lebih berkaitan dengan proses struktur nurani yang dihipotesiskan. Namun, kesimpulan lain menunjukkan adanya keselarasan yang tinggi dengan teori Chomsky yakni karena Moskowitz menentang teori pemerolehan bahasa dengan peniruan, serta menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa pada umumnya dan proses pemerolehan fonologi khususnya. Dalam proses pemerolehan bahasa kanak-kanak menemukan konsep-konsep serta menerapkan konsep-konsep itu untuk menciptakan bahasa.
Keberhasilan utama yang dicapai si bayi pada tahap membabel adalah penemuan unit-unit kalimat yang merupakan unit lunguistik yang pertama. Ini ditandai dengan munculnya intonasi dan hentian-hentian dalam ucapannya; dan ini merupakan permulaan analisis bahasa segmental. Penemuan unit kalimat ini juga mencerminkan satu langkah utama kearah sosialisasi, yakni pembelajaran semantic karena kalimat sebagai suatu rangkaian bunyi panjang yang terbatas memiliki makna tertentu. Pada tahap penemuan unit kalimat ini muncullah satu proses pemorolehan fonologi yang bertingkat-tingkat sebagaimana bagan dibawah ini.                                                                                                                                         

                       
                                Data linguistik sebagai keluaran       
4        Data  yang diingat terus
      
                   3        Data yang diingat semakin lama
 


                  
2          Data yang lebih lama diingat
                       
                                    1          Data yang dilupakan
                                                                                                                                                                    Data linguistik sebagai masukan

Proses dimulai dengan masuknya data lunguistik (berupa bunyi ucapan) ke dalam kotak 1. Data yang tidak dapat segera dipindahkan kedalam kotak 2 akan terbuang dari kotak 1; sedangkan yang lain segera dipindahkan kedalam kotak 2 data ini akan diingat dengan lebih lama. selanjutnya data ini dapat dipindahkan kekotak 3 agar data tersebut dapat tinggal lebih lama lagi. Adaikata karena sesuatu sebab data ini tidak bisa tinggal lebih lama , maka data ini akan kembali 1, dan menggalamai proses yang sama dengan data baru lainya. Data yang telah lama ada dikotak 3 akan dikirim kekotak 4 dengan syarat data tersebut terus muncul berulang-rulang. Data yang telah disampaikan kekotak 4 ini akan terus dapat dikeluarkan sebagai keluaran. Jelaslah bahwa pada teori ini pemerolehan bahasa melaui penemuan konsep dan pembentukan hipotesis dan menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa.

3.      Teori Proses Fonologi Alamiah
Teori ini diperkenalkan oleh David Stampe (1972, 1973), yakni satu teori yang disusun berdasarkan teori fonologi alamiah yang juga telah diperkenalkan sejak 1965. Menurut stampe proses fonologi kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami penindasan (supresi), pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian (internalization) representasi fonemik orang dewasa.
Suatu proses fonologi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang saling bertentangan. Umpanya, terdapat suatu proses ynag menjadikan semua bunyi hambat menjadi tidak bersuara dalam semua konteks, karena halangan oralnya menghalangi arus udara yang diperlukan untuk menghasilkan bunyi-bunyi ini. Namun, bagaimanapun bunyi-bunyi ini akan menjadi bersuara oleh proses lain dengan cara asimilasi tertentu. Jika kedua proses ini terjadi bersamaan, maka keduanya akan saling menindih, dan saling bertentangan: sebuah bunyi hambat tidak mungkin secara serentak bersuara dan tidak bersuara pada lingkungan yang sama. Masalah ynag bertentangan ini dapat dipecahkan dengan tiga cara berikut.
a.    Menindas salah satu dari kedua proses yang bertentangan itu. Umpanya bila kanak-kanan telah menguasai bunyi-bunyi hambat bersuara dalam semua konteks, maka berarti dia telah berhasil menindasproses penghilangan suara yang ditimbulkan oleh halangan oral bunyi itu.
b.    Membatasi jumlah segmen atau jumlah konteks yang terlibat dalam proses itu. Misalnya, proses penghilangan suara dibatasi hanya pada bunyi-bunyi hambat tegang saja, sedangkan bunyi-bunyi hambat longgar tidak dilibatkan.
c.    Mengatur erjadinya proses penghilangan bunti suara dna proses pengadaan bunyi suara secara berurutan. Urutannya boleh dimulai dengan proses penghilanga bunyi suara; lalu diikuti dengan proses pengadaan bunyi bersuara. Kedua proses ini tidak mungkin terjadi secara bersamaan.
Berikut diberikan contoh usaha kanak-kanak dalam proses pemerolehan fonologi itu dari ketiga cara diatas.
a.       Penindasan proses-proses
Seorang anak lelaki berumur dua tahun (2 : 0) yang diamati Stampe (1972) membunyikan kata “kitty” berturut-turut sebagai berikut dari: [ki] ke [kii] ke [kri] ke [kiri] ke [kiti]. Hal ini dilakukan kanak-kanak dengan dasar proses ketegangan vokal, kemudian penindasan penjatuhan suku kata setengah vokal, setelah itu penindasan proses pengguguran getar, dan akhirnya proses penggetaran.
b.      Pembatasan proses-proses
Seorang kanak-kanak bernama Hildegard membunyikan semua bunyihambat tak bersuara sebagai bersuara apabila berada di depan segmen bersuara vokal.
[baba] untuk “papa”.
Beberapa waktu lalu kemudian dia membatasi penyuaraan ini pada hambat yang berada di antara vokal saja.
a.       Pengaturan proses-proses
Kanak-kanak yang bernama Hildegard di atas sewaktu berusia satu tahun delapan bulan (1 : 8) mengucapkan
[du (r)] untuk “juice”
[du] untuk “june”                                           d ȝ ¾¾¾¾ > d
[do : i] untuk “joey”
Dari ketiga ucapan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Hildegard tidak mengucapkan [d ] sehingga menukarnya dengan bunyi [d]. Namun, jika diteliti lebih jauh benernya dia mampu membunyikan [dȝ] sehingga terbukti dari ucapannya.
            [dȝ ui] untuk “church”
            [dȝ u d u] untuk “choo-choo”                         t  ¾¾¾¾ > dȝ
Maka Stampe  mengambil kesimpulam bahwa Hildegard  telah melakukan proses-proses berikut.
(a)      dȝ   ¾¾¾¾¾>  d
(b)      t   ¾¾¾¾¾> dȝ
(c)      hambat  ¾¾¾¾¾>  + suara/  ¾¾¾¾¾>  vokal

4.      Teori Prosodi- Akuistik
Teori prosodi- akuistik ini diperkenalkan oleh Weteson (1976) sesudah dia merasa tidak puas dengan pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya tidak memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai pemerolehan fonologi.
Weterson (1971) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa adalah satu proses sosial sehingga kajianya lebih tepat dilakukan dirumah dalam konteks sosial yang sebenarnya daripada pengkajian data-data eksprimen, lebih-lebih untuk mengetahui pomerolehan fonologi.
Weterson (1970) juga menemukan dan hubungan akuistik antara bentuk-bentuk ucapan kanak-kanak dengan fitur-fitur bentuk ucapan orang dewasa. Kanak-kanak hanya mengucapkan kembali bagian ucapan yang makan waktu lebih kurang 0,2 detik, dan bagian yang diucapkan kembali adalah elemen vokal dan konsonan yang mencapai artikulasi kuat.
5.    Teori Kontras dan Proses
Proses ini diperkenalkan oleh Ingram (1974,1979), yakni suatu teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe; kemudian menyelaraskan hasil penggabungan dengan teori perkembangan dari Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak memperoleh sistem fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan strukturnya sendiri; dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai sistem orang dewasa semakin baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus (menurut teori Piaget): mengubah struktur untuk menyelaraskannya dengan kenyataan. Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut
 Kata kanak-kanak
 
 Sistem kanak-kanak
 
 Kata orang dewasa
 
                                    

Umpamanya pada tahap permulaan kanak-kanak telah menetapkan pola KV sebagai struktur kata-kata barunya. Maka semua kata baru orang dewasa akan diasimilasikan dengan pola itu. Setelah mempelajari lebih banyak kata-kata orang dewasa, maka sistem yang telah diciptakannya akan diubah dan disesuaikan untuk dapat menampung kata-kata orang dewasa dengan menciptakan satu pola baru yaitu KVK.
       Ingram menegaskan kita harus mengakui adanya ketiga peringkat perkembangan fonologi kanak-kanak seperti telah digambarkan dalam bagan. Kita harus dapat menerangkan bagaimana peringkat kedua (sistem kanak-kanak) terjadi. Untuk itu kita harus mempertimbangkan bagaimana kanak-kanak mengamati dan mengeluarkan ucapan-ucapan. Oleh karena persepsi kanak-kanak belum lengkap, maka pemerolehan sistem kanak-kanak haruslah digambarkan sebagai berkut.
Kata orang dewasa
 
  Persepsi
 
Organisasi
 
 


                                
 Kata kanak-kanak
 
 




Bagan diatas menjelaskan bahwa suatu uraian yang tepat mengenai perkembangan fonologi kanak-kanak harus dapat menerangkan ketiga peringkat di atas yaitu persepsi,organisasi, dan pengeluaran.
Karena fonologi membicarakan kontras-kontras dan berusaha memberikan satu pengucapan pada tiap morfem, maka kanak-kanak haruslah berusaha memperoleh kontras-kontras dalam pengucapan-pengucapan itu.
Ucapan kontras-kontras yang dibuat kanak-kanak untuk memperoleh kontras-kontras fonologi orang dewasa inilah yang harus diberikan oleh peringkat organisasi ucapan kanak-kanak. Di samping itu, peringkat organisasi ini harus juga menerangkan semua proses yang berlaku yang digunakan oleh kanak-kanak untuk kontras itu. Lihat bagan berikut.
 








      
Tahap-tahap pemerolehan fonologi yang dibuat Ingram di atas sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif dari Piaget (1962). Pada tahap persepsi, yang belum produktif itu, terdapat dua subtahap yaitu (a) tahap vokalisasi praucapan, dan (b) tahap fonologi primitif.
       Tahap vokalisasi praucapan adalah tahap sebelum kata-kata pertama muncul yang dimulai dengan mendekat ketika berumur empat bulan (0 : 4). Kemudian diikuti dengan membabel. Menurut Ingram membabel ini bukanlah kegiatan semaunya, melainkan merupakan suatu kegiatan yang agak teratur, dan maju berkelanjutan. Membabel ini bukan merupakan satu latihan, melainkan ada hubungannya dengan seluruh proses pemerolehan fonologi.
       Tahap fonologi primitif muncul pada tahap satu kata (holofrasis) dalam pemerolehan sintaksis. Tahap ini pun belum produktif karenakanak-kanak belum memperoleh rumus-rumus fonologi yang sebenarnya. Sesudah menganalisis data ucapan dari sejumlah kanak-kanak, Ingram menyimpulkan bahwa teori Jakobson tidak seluruhnya benar. Umpamanya, menurut teori Jakobson bentuk suku kata pertama yang muncul adalah KV atau reduplikasi KVKV; tetapi menurut data bentuk VK juga banyak muncul. Begitu pun bentuk pengulangan yang ditemukan sangat berlainan antara kanak-kanak yang satu dengan kanak-kanak yang lain.
       Pada tahap pengeluaran (yakni tahap proses yang aktif), yang dimulai ketika berusia satu tahun setengah (1 : 6), terdapat dua peristiwa penting, yaitu:
a.Terjadinya pertumbuhan kosakata dengan cepat.
b.Munculnya ucapan-ucapan dua kata.
       Pada tahap ini kanak-kanak dimulai mengembangkan kemampuannya untuk menentukan bunyi-bunyi ucapan yang dapat dipakai untuk menyatakan perbedaan makna. Tahap ini berlangsung sampai kanak-kanak berumur tiga tahun enam bulan (3 : 6) sampai empat bulan (4 : 0).
       Lebih jauh Ingram juga menemukan bahwa konsonan pertama yang muncul bukan hanya konsonan bilabial seperti pendapat Jakobson, melainkan juga ditemukan konsonan dental dan konsonan frikatif. Namun, konsonan bilabial memang jauh lebih banyak. Begitu juga vokal [u] dan [i] sebagai vokal pertama. Oleh karena itu, menurut Ingram kata-kata yang didengar kanak-kanak sebagai masukan menentukan bunyi-bunyi pertama yang diperoleh kanak-kanak itu. Hal ini bertentangan dengan teori Jakobson yang berpendapat bahwa masukan linguistik (yang didengar oleh kanak-kanak) tidak mempengaruhi pemerolehan fonologinya karena urutan pemerolehan kontras (oposisi) adalah nurani.
       Pemerolehan setiap bunyi tidak terjadi secara tiba-tiba dan sendiri-sendiri, melainkan secara perlahan-lahan dan berangsur-angsur. Ucapan kanak-kanak selalu berubah antara ucapan yang benar dan tidak benar secara progresif sampai ucapan seperti orang dewasa tercapai. Pemerolehan fonologi kanak-kanak terjadi melalui beberapa proses penyederhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi. Proses-proses itu adalah:
a.Proses substitusi : penukaran satu segmen oleh segmen lain. Proses ini terjadi
   dari sebagai berikut.
1.    Penghentian: bunyi frikatif ditukar dengan bunyi hambat.
<sea>             [ti : ]
<sing>               [ti]
2.    Pengedepanan: yaitu menukar bunyi velar dan palatal dengan bunyi alveolar
<shoe>                  [zu’]
<shop>                  [za’p]
3.    Peluncuran: yaitu likuida ([i], [r]) ditukar dengan bunyi luncuran (glide) [w] dan [y]
<leg>                     [yek]
<ready>                [wedi]
4.    Vokalisas: satu suku kata konsonan ditukar dengan satu suku kata vokal (satu proses yang terutama tegas dalam bahasa Inggris)
<apple>                 [apo]
<bottle>                 [babu]
5.    Netralisasi vokal: bunyi-bunyi vokal berubah menjadi vokal tengah.
<back>                  [bat]
<hug>                    [had]


b.proses asimilasi, yaitu kecenderungan untuk mengasimilasikan satu segmen
   segmen lain dalam satu kata. Proses ini terdidi dari:
1.    Penyuaraan, yakni bunyi-bunyi konsonan cenderung disuarakan jika muncul pada akhir suku kata
<paper>                      [be : ba]
<tiny>                          [daini]
<bird>                          [bit]
2.    Keharmonisan konsonan, yakni bunyi-bunyi konsonan cenderung berasimilasi satu sama lain. Pola-pola yang sering muncul adalah
(a)  Konsonan apikal cenderung berasimilasi dengan konsonan velar yang berdekatan.
<duck>                        [gak]
<tongue>                     [ga
(b)  Konsonan apikal cenderung berasimilasi dengan konsonan bilabial yang berdekatan.
<tub>                     [bab]
<tape>                    [beip]
3.    Asimilasi vokal progresif, yakni sebuah vokal yang tidak mendapat tekanan diasimilasikan pada vokal yang mendapat tekanan suara yang muncul di depan atau di belakangnya.
<bacoa>                      [bu : du]
<hammer>                         [ha : ma]
c.proses struktur suku kata, yaitu kecenderungan kanak-kanak menyederhanakan
   struktur suku kata. Pada umumnya penyederhanaan suku kata ini berlaku ke arah
   suku kata KV. Proses ini terdiri dari:
1.    Reduksi klaster: satu klaster konsonan direduksikan menjadi satu konsonan saja.
<clown>                      [kaun]
<play>                         [pe]
2.    Pengguguran konsonan akhir: suku kata KVK dipendekkan menjadi KV dengan menggugurkan konsonan akhir.
<bike>                   [bai]
<out>                    [au]
3.    Pengguguran suku kata yang tidak mendapat tekanan digugurkan jika suku kata mendahului satu suku kata yang mendapat tekanan suara.
<banana>                     [naena]
<potato>                      [pedo]
4.    Reduplikasi: dalam kata panjang suku kata KV diulang.
<cookie>                      [gege]
<T. V>                         [didi]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar