Minggu, 30 November 2014

FONEM DAN ALOMORF

MAKALAH INI ADALAH HASIL DARI KERJA KELOMPOK




FONEM DAN ALOFON
Fonem
            Pada bagian pendahuluan sudah di kemukakan bahwa objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa atau fon; sedangkan objek kajian fonemik adalah fonem. Lalu, persoalan kita apa bedanya fon dan fonem, sebab keduanya sama-sama bunyi bahasa. Di muka juga sudah di sebutkan bahwa fonetik mengkaji bunyi bunyi bahasa dengan tidak memperhatikan status bunyi itu bisa membedakan makna kata atau tidak; sementara fonemik di katakan mengkaji bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna.
            Bunyi-bunyi bahasa yang sudah dibicarakan pada bab-bab yang lalu, baik yang di sebut vokal naupun konsonan jumlahnya sangat banyak. Lalu, apakah semuanya dapat membedakan makna kata? Ternyata tidak. Bunyi-bunyi tersebut, meskipun merupakan representasi dalam pertuturan, ternyata yang satu dengan yang lain dapat bergabung dalam satu kesatuan yang statusnya lebih tinggi yaitu sebuah fonem, sehingga dapat membedakan makna kata. Jadi, fonem merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan.
            Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep vonem. Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah di kemukakan berbagai pakar. Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari yang di sebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi [P] fonem atau bukan, maka kita cari, misalnya, pasangan kata paku dan baku. Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [P], [a], [k], dan bunyi [u]; sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b], [a], [k], dan [u]. Jadi, pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] pada kata baku.
p
a
k
u
b
a
k
u

            Dengan demikian kita sudh dapat membuktikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Megapa? Karena kalau posisinya di ganti oleh bunyi[b], maka maknanya akan berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p] itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
            Apakah bunyi [b] pada pasangan kata paku dan baku itu juga sebuah fonem? Dengan sendirinya, bunyi [b] itu juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya di ganti oleh bunyi [p] atau bunyi [i] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.
            Untuk membuktikan sebuah bunyi adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu anggotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan bunyi [h] adalah fonem atau bukan kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah bunyi, sedangkan  bentuk [tua] hanya memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu di tinggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh, karena itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah sebuah fonem [h].
t
u
a
h
t
u
a
-

            Dengan cara seperti itu, kita dapat juga membuktikan bahwa bunyi [i] juga adalah fonem /i/ karena ada pasangan minimal [kәlas] dan [kәlasi] dimana [kәlas] memiliki lima buah bunyi sedangkan [kәlasi] memiliki enam buah bunyi. Simak bagan berikut:
k
1
a
s
-
k
1
a
s
i

            Memang ada kemungkinan kita sukar mencari pasangan minimal untuk membuktikan sebuah bunyi adalah sebuah fonem atau bukan. Dalam hal ini kiranya petunjuk yang diajukan Samsuri (1983) dapat dipedomani. Periksa Samsuri (1983).
Alofon
            Kalau kita melihat kembali pembicaraan mengenai vokal, maka kita akan melihat bahwa bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu vokal depan tinggi atas [i] dan vokal depan tinggi bawah [l]. Begitu juga vokal belakang tinggi ada dua, yaitu  vokal belakang tinggi atas [u] dan vokal belakang tinggi bawah [U]. demikian juga vookal belakang sedang ada dua, yaituvokal belakang sedang atas [o] danvokal belakang sedang bawah [].
            Persoalan kita sekarang apakah bunyi vokal [i] dan vokal [l] dua bush fonem atau sebuah fonem. Kalau kita menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunti vokal itu dlam bahasa Indonesiaternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [l] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal [i] menempati posisi pada silabel (suku kata) terbuka, silabel yang tidak memiliki koda; sedangkan vokal [l]  menempaiti silabel yang mempunyai koda. Simak:
            Vokal [i] pada kata <i.ni> [ini]; <ti.ti> [titi]; dan <i.si> [isi]
Vokal [l] pada kata <benih> [bnih]; <ba.tik> [batlk]; dan <ta.sik> [taslk]
Oleh karena itu bisa disimpulakan bahwa:
a)      Vokal [i] dan [l] bukanlah merupakan dua buah fonem, melainkan Cuma anggota dari sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/.
b)      Vokal [i] dan vokal [l] didstribusinya tidak sama: vokal [i] berdidtribusi pada silabel terbuka atau silabel tak berkoda; sedangkan vokal [l] berdistribusi pada silabel terbuka atau silabel berkoda.
c)      Vokal [i] dan vokal [l] memiliki distribusi komplamenter, berdistribusi yang saling melengkapi.
Analog dengan kasus vokal [i] dan vokal [l], maka dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan anggota dari satu fonem yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusu secara komplamenter. vokal [u] untuk silabel terbuka (silabel tak berkoda); dan vokal [U] untuk silabel terbuka (silabel berkoda). Perhatikan !
Vokal [u] pada kata <buku> [buku]; <ibu> [ibu]; dan <itu> [itu]
Vokal [U] pada kata <akur> [akUr]; < > [libUr]; dan <atur> [atUr]
Hal yang ama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal []. Dimana vokal [o] untuj silabel terbuka, seperti pada kata <toko> [toko] dan <bodo> [bodo], sedangkan vokal [] untuk silabel tertutup seperti <tokoh> [toh] dan <bodoh> [bdh].
Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seprti [u] dan [U] yntuk fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem. Jadi bisa dikatakan bahwa fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkret, dapat diamati (didengar) secara empiris.
Pesoalan kita sekarang, apakah setiap fonem memiliki lebih dari sebuah alovon? Jawabanya karena dalam realisasinya fonem itu tidak dilafalkan berdiri sendiri melainkan berdampingan dengan fonem lain dank arena fonem satu dengan yang lain saling mempengaruhi, maka fonem-fonem tersebut akan mempunyai sejumlah alofon.






g2p.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar