MAKALAH INI ADALAH HASIL DARI KERJA KELOMPOK
FONEM
DAN ALOFON
Fonem
Pada bagian pendahuluan sudah di
kemukakan bahwa objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa atau fon; sedangkan
objek kajian fonemik adalah fonem. Lalu, persoalan kita apa bedanya fon dan
fonem, sebab keduanya sama-sama bunyi bahasa. Di muka juga sudah di sebutkan
bahwa fonetik mengkaji bunyi bunyi bahasa dengan tidak memperhatikan status
bunyi itu bisa membedakan makna kata atau tidak; sementara fonemik di katakan
mengkaji bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna.
Bunyi-bunyi bahasa yang sudah
dibicarakan pada bab-bab yang lalu, baik yang di sebut vokal naupun konsonan
jumlahnya sangat banyak. Lalu, apakah semuanya dapat membedakan makna kata?
Ternyata tidak. Bunyi-bunyi tersebut, meskipun merupakan representasi dalam
pertuturan, ternyata yang satu dengan yang lain dapat bergabung dalam satu
kesatuan yang statusnya lebih tinggi yaitu sebuah fonem, sehingga dapat
membedakan makna kata. Jadi, fonem merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah
fon, entah vokal maupun konsonan.
Memang banyak versi mengenai
definisi atau konsep vonem. Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil
yang dapat membedakan makna kata. Bagaimana kita tahu sebuah bunyi adalah fonem
atau bukan fonem. Banyak cara dan prosedur telah di kemukakan berbagai pakar.
Namun, intinya adalah kalau kita ingin mengetahui sebuah bunyi adalah fonem
atau bukan, kita harus mencari yang di sebut pasangan minimal atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda. Umpamanya kita ingin mengetahui bunyi
[P] fonem atau bukan, maka kita
cari, misalnya, pasangan kata paku
dan baku. Kedua kata ini mirip
sekali. Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Kata paku terdiri dari
bunyi [P], [a], [k], dan bunyi [u]; sedangkan kata baku terdiri dari
bunyi [b], [a], [k], dan [u]. Jadi, pada pasangan paku dan baku
terdapat tiga buah bunyi yang sama, yaitu bunyi kedua, ketiga, dan keempat.
Yang berbeda hanya bunyi pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b]
pada kata baku.
p
|
a
|
k
|
u
|
b
|
a
|
k
|
u
|
Dengan demikian kita sudh dapat
membuktikan bahwa bunyi [p] dalam
bahasa Indonesia adalah sebuah fonem. Megapa? Karena kalau posisinya di ganti
oleh bunyi[b], maka maknanya akan
berbeda. Sebagai sebuah fonem, bunyi [p]
itu ditulis di antara dua garis miring menjadi /p/.
Apakah bunyi [b] pada pasangan kata paku
dan baku itu juga sebuah fonem?
Dengan sendirinya, bunyi [b] itu
juga adalah sebuah fonem, karena kalau posisinya di ganti oleh bunyi [p] atau bunyi [i] menjadi laku, maknanya juga akan berbeda.
Untuk membuktikan sebuah bunyi
adalah fonem atau bukan dapat juga digunakan pasangan minimal yang salah satu
anggotanya “rumpang”. Artinya, jumlah bunyi pada anggota pasangan yang rumpang
itu kekurangan satu bunyi dari anggota yang utuh. Misalnya, untuk membuktikan
bunyi [h] adalah fonem atau bukan
kita dapat mengambil pasangan [tuah] dan [tua]. Bentuk [tuah] memiliki empat buah
bunyi, sedangkan bentuk [tua] hanya
memiliki tiga buah bunyi. Maka, kalau bunyi [h] itu di tinggalkan, makna kata itu akan berbeda. Oleh, karena
itu, dapat disimpulkan bunyi [h] adalah
sebuah fonem [h].
t
|
u
|
a
|
h
|
t
|
u
|
a
|
-
|
Dengan cara seperti itu, kita dapat
juga membuktikan bahwa bunyi [i] juga
adalah fonem /i/ karena ada pasangan minimal [kәlas] dan [kәlasi] dimana
[kәlas] memiliki lima buah bunyi sedangkan [kәlasi] memiliki enam buah bunyi.
Simak bagan berikut:
k
|
![]() |
1
|
a
|
s
|
-
|
k
|
![]() |
1
|
a
|
s
|
i
|
Memang ada kemungkinan kita sukar
mencari pasangan minimal untuk membuktikan sebuah bunyi adalah sebuah fonem
atau bukan. Dalam hal ini kiranya petunjuk yang diajukan Samsuri (1983) dapat
dipedomani. Periksa Samsuri (1983).
Alofon
Kalau kita melihat kembali pembicaraan
mengenai vokal, maka kita akan
melihat bahwa bunyi vokal depan tinggi ada dua, yaitu vokal depan tinggi atas
[i] dan vokal depan tinggi bawah [l]. Begitu juga vokal belakang tinggi ada
dua, yaitu vokal belakang tinggi atas
[u] dan vokal belakang tinggi bawah [U]. demikian juga vookal belakang sedang
ada dua, yaituvokal belakang sedang atas [o] danvokal belakang sedang bawah [
].

Persoalan kita sekarang apakah bunyi
vokal [i] dan vokal [l] dua bush fonem atau sebuah fonem. Kalau kita
menggunakan cara dengan mencari pasangan minimal untuk kedua bunti vokal itu
dlam bahasa Indonesiaternyata sampai saat ini tidak ada. Yang menjadi kenyataan
adalah bahwa kedua vokal itu, [i] dan [l] memiliki distribusi yang berbeda. Vokal
[i] menempati posisi pada silabel (suku kata) terbuka, silabel yang tidak
memiliki koda; sedangkan vokal [l]
menempaiti silabel yang mempunyai koda. Simak:
Vokal [i] pada kata <i.ni>
[ini]; <ti.ti> [titi]; dan <i.si> [isi]
Vokal [l] pada kata <benih> [b
nih];
<ba.tik> [batlk]; dan <ta.sik> [taslk]

Oleh
karena itu bisa disimpulakan bahwa:
a) Vokal
[i] dan [l] bukanlah merupakan dua buah fonem, melainkan Cuma anggota dari
sebuah fonem yang sama yaitu fonem /i/.
b) Vokal
[i] dan vokal [l] didstribusinya tidak sama: vokal [i] berdidtribusi pada
silabel terbuka atau silabel tak berkoda; sedangkan vokal [l] berdistribusi
pada silabel terbuka atau silabel berkoda.
c) Vokal
[i] dan vokal [l] memiliki distribusi komplamenter, berdistribusi yang saling
melengkapi.
Analog dengan kasus vokal [i] dan vokal [l], maka
dapat dikatakan vokal [u] dan vokal [U] juga merupakan anggota dari satu fonem
yang sama, yaitu fonem /u/, yang juga berdistribusu secara komplamenter. vokal
[u] untuk silabel terbuka (silabel tak berkoda); dan vokal [U] untuk silabel
terbuka (silabel berkoda). Perhatikan !
Vokal [u] pada kata <buku> [buku]; <ibu> [ibu]; dan
<itu> [itu]
Vokal [U] pada kata <akur> [akUr]; < > [libUr]; dan
<atur> [atUr]
Hal yang ama terjadi juga pada kasus vokal [o] dan vokal [
].
Dimana vokal [o] untuj silabel terbuka, seperti pada kata <toko> [toko]
dan <bodo> [bodo], sedangkan vokal [
]
untuk silabel tertutup seperti <tokoh> [t
o
h]
dan <bodoh> [b
d
h].






Vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seprti [u]
dan [U] yntuk fonem /u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adalah anggota dari sebuah fonem
atau varian dari sebuah fonem. Jadi bisa dikatakan bahwa fonem merupakan konsep
abstrak karena kehadirannya dalam ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya
konkret, dapat diamati (didengar) secara empiris.
Pesoalan kita sekarang, apakah setiap fonem memiliki lebih dari
sebuah alovon? Jawabanya karena dalam realisasinya fonem itu tidak dilafalkan
berdiri sendiri melainkan berdampingan dengan fonem lain dank arena fonem satu
dengan yang lain saling mempengaruhi, maka fonem-fonem tersebut akan mempunyai
sejumlah alofon.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar