MAKALAH INI ADALAH HASIL DARI KERJA KELOMPOK
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap
individu merupakan sistem yang hidup dan terbuka. Hal ini berarti bahwa
individu mengalami kemajuan, perubahan, bersifat dinamis, dan tidak statis.
Dengan demikian, setiap individu mengalami proses yang disebut perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung
secara sistematis, progressif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). (Syamsu Yusuf, 2009: 15).
Setiap
individu yang normal dan berusia panjang akan mengalami fase-fase perkembangan.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan rentang perjalanan
kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku
tertentu. Fase perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap atau tidak
melompat-lompat. Urutan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut, Bayi –
Balita – Anak – Remaja – Dewasa – Tua.
Pada
dasarnya setiap individu mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan non fisik
yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa. Moral, dan agama.
Perkembangan aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan
seluruh perkembangan tersebut bersifat dinamis. Menurut Santrok (1992) semua
aspek dalam perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik (Nana Syaodih,
2007: 1. 20).
B. Rumusan Masalah
1.
Makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku, karaktekteristik
perkembangan intelek remaja dan faktor yang mempengaruhinya, perbedaan individu
dalam kemampuan dan perkembangan intelek, serta usaha- usaha yang membantu
perkembangan dalam proses p embelajaran
2.
Memahami makna dan jenis bakat khusus, kaitanya dengan bakat dan prestasi,
faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus, perkembangan individu dalam
bakat khusus, serta upaya pengembangannya dalam penyelenggaran pendidikan
3. Memahami
makna dan karakteristik perkembangan sosial remaja, faktor- faktor yang
mempengaruhi dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, perbedaan individual dalam
hubungan sosial serta upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan
implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
4. Memahami
makna dan karakteristik perkembangan bahasa remaja, faktor- faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa, pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir,
perbedaan individual dalam perkembangan bahasa, serta upaya pengembangan bahasa
remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
C. Tujuan
Setelah
mempelajari bagian ini peserta didik diharapkan mampu memahami:
1.
Makna intelek, hubungan intelek dan tingkah laku, karaktekteristik perkembangan
intelek remaja dan faktor yang mempengaruhinya, perbedaan individu dalam
kemampuan dan perkembangan intelek, serta usaha- usaha yang membantu
perkembangan dalam proses pembelajaran
2.
Memahami makna dan jenis bakat khusus, kaitanya dengan bakat dan prestasi,
faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus, perkembangan individu dalam
bakat khusus, serta upaya pengembangannya dalam penyelenggaran pendidikan
3.
Memahami makna dan karakteristik perkembangan sosial remaja, faktor- faktor
yang mempengaruhi dan pengaruhnya terhadap tingkah laku, perbedaan individual
dalam hubungan sosial serta upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan
implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
4.
Memahami makna dan karakteristik perkembangan bahasa remaja, faktor- faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa, pengaruhnya terhadap kemampuan berfikir,
perbedaan individual dalam perkembangan bahasa, serta upaya pengembangan bahasa
remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Intelek
1.
Pengertian Intelek dan Intelegensi
Intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia
dapat berpikir dan beraktifitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau
kecakapan yang tinggi untuk berpikir. Sedangkan Intelegensi merupakan suatu
kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan
dan masalah-masalah yang timbul.
Intelegensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan intelek,
yaitu menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak. Salah
satu tes intelegensi yang terkenal adalah tes yang dikembangkan oleh Alferd
Binet (1857-1911) yang disebut Intellegence Quatient (IQ), artinya perbandingan
kecerdasan.
2.
Hubungan Intelek dengan Tingkah Laku
Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang
terhadap kejadian atau peristiwa yang tidak konkrit. Kemampuan abstraksi akan
berperan dalam perkembangan kepribadian remaja. Karena bagi remaja, corak
perilaku pribadinya di hari depan dan sekarang akan berbeda.
Pikiran
manusia sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang membuat sikapnya
kritis terhadap situasi dan otoritas orang tua.Selain itu pengaruh egosentris
masih terlihat pada pikirannya.Cita-cita dan idealismenya terlalu
menitikberatkan pada pikirannya sendiri tanpa memperhitungkan kesulitan atau
akibat lebih jauh yang mungkin timbul dalam menyelesaikan suatu persoalan.
Melalui
pengalaman dan penghayatan kenyataan dalam menghadapi pendapat orang lain,
egosentrisme makin lama makin berkurang dan akhirnya menjadi semakin kecli,
sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak dengan mengikut sertakan pendapat
dan pandangan orang lain.
3.
Karakteristik perkembangan intelek remaja
Pada usia remaja ini anak sudah dapat berfikir operasional
formal atau setidak-tidaknya memiliki sifat-sifat penting, yaitu sebagai
berikut:
1.
Sifat deduktif hipotesis
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan
mengawalinya dengan pemikiran teoritik. Setelah itu baru menganalisis masalah
dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin.
Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara
berfikir induktif disamping deduktif. Oleh sebab itu dari sifat analisis yang
ia lakukan, ia dapat membuat strategi penyelesaian. Analisis teoritik ini dapat
dilakukan secara verbal atau mengajukan pendapat-pendapat dan prediksi tertentu
disebut proporsi-proporsi.
2.
Berpikir operasional juga berpikir kombinasoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan
berhubungan dengan cara melakukan analisis. Misalnya anak diberi lima buah
gelas berisi cairan tertentu. Anak yang berpikir operasional formal, akan memikirkan
apakah kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna atau tidak.
Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup
dalam lingkungan atau kebudayaan yang tidak dapat merangsang cara berpikirnya
(tidak ada kesempatan untuk menambah pengetahuan, pergi ke sekolah tetapi tidak
adanya fasilitas yang dibutuhkan), maka perkembangan intelek remaja itu sampai
dewasa pun tidak akan sampai pada taraf berpikir abstrak.
4.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Menurut Andi Mappiare (1982:80), hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi adalah sebagai berikut.
·
Bertambahnya informasi yang disimpan
·
Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan
·
Adanya kebebasan berpikir
Ketiga
kondisi tersebut sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan
intelegensi, yaitu sebagai berikut:
·
Fungsi intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis
·
Bertambah usia akan menyebabkan berkembangnya struktur intelegensi baru.
Keberhasilan
dalam menyesuaikan diri seseorang tergantung dari kemampuannya untuk berpikir
dan belajar. Sejauhmana seseorang dapat belajar dari pengalaman-pengalamannya
akan menentukan penyesuaian dirinya dan mencerminkan kecerdasannya. Akan
tetapi, diperlukan waktu lama untuk dapat menyimpulkan kecerdasan seseorang
berdasarkan pengamatan perilakunya, tetapi cara demikian belum tentu tepat.
5.
Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Seperti diketahui, manusia itu bebeda satu sama lain dalam
bebagai hal, juga tentang intelegensinya, Intelegensi itu sendiri oleh David
Wechler (1958) didefinisikan sebagai “ keseluruhan kemampuan individu untuk
berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan.
6.
Usaha- Usaha dalam Membantu Mengembangkan Intelek Remaja
dalam Proses Pembelajaran
Menurut Paget sebagian besar anak usia remaja mampu memahami
konsep- konsep abstrak dalam batas- batas tertentu. Menurut Bruner, siswa pada
usia ini belajar menggunakan bentuk – buntuk dengan cara yang makin canggih.
Guru dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan
pendekatan keterampilan proses (discovery approach) dan dengan member
penekanan pada penguasaan konsep- konsep dan abstraksi- abstraksi.
B.
Bakat Khusus
a.
Pengertian Bakat
Guilford (Sumadi S., 1991:169) mengemukakan bahwa bakat itu
mencakup tiga dimensi psikologis yaitu:
1. Dimensi perceptual
Meliputi kemampuan persepsi, yang mencakup: kepekaan
pengindraan; perhatian; orientasi terhadap waktu; luasnya daerah persepsi;
kecepatan persepsi; dan sebagainya.
2. Dimensi psikomotor
Dimensi psikomotor mencakup 6 faktor, yaitu: kekuatan,
impuls, kecepatan gerak, ketelitian, koordinasi, dan keleluasaan (fleksibility)
3. Dimensi intelektual
Meliputi
5 faktor, yaitu:
a) Faktor ingatan, yang mencakup substansi,
relasi, dan system.
b) Faktor ingatan, mengenai pengenalan
terhadap keseluruhan informasi; golongan, hubungan-hubungan, bentuk atau
struktur dan kesimpulan.
c) Faktor evaluative, meliputi:
identitas, relasi-relasi, sistem, dan problem yang dihadapi.
d) Faktor berpikir konvergensi,
meliputi: nama-nama, hubungan-hubungan, sistem-sistem, transformasi, dan
implikasi-implikasi yang unik.
e) Faktor berpikir divergen, meliputi:
menghasilkan unit-unit; pengalihan kelas-kelas secara spontan, kelancaran dalam
menghasilkan hubungan-hubungan; dan menghasilkan sistem.
Jadi,
bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan
yang relative bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus
(bakat akademik khusus).Bakat khusus disebut juga talent (talenta).
b.
Jenis-Jenis Bakat Khusus
Klasifikasi bakat khusus biasanya dilakukan berdasarkan
bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti: bakat matematika, olah raga,
seni, musik, bahasa, teknik, dan sebagainya. Pada jenis-jenis bakat khusus
faktor pengalaman atau lingkungan sangat mempengaruhi pengembangan bakat
khusus.
c.
Hubungan antara bakat dan prestasi
Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi dalam
bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan dan
dorongan atau kesempatan untuk pengembangannya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan bakat.
Ø Anak itu sendiri
Ø Lingkungan anak
Ø Pendidikan anak berbakat Indonesia.
d.
Karakteristik anak berbakat
Untuk
mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat beberapa segi
diantaranya sebagai berikut
1.
Potensi
Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat
cepat dibandingkan dengan yang normal.Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki
superioritas intelektual, mampu dengan cepat melakukan analisis, dan dalam
irama perkembangan kemajuan yang mantap.Bahkan dalam berpikir, mereka sering
meloncat dari urutan berpikir yang normal.Selain potensi intelegensi, anak-anak
berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi.
2.
Cara menghadapi masalah
Cara menghadapi masalah disini adalah keterlibatan seluruh
aspek psikoligis dan biologis setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan
dengan masalah tersebut. Mereka akan memilih metode, pendekatan, dan alat yang
strategis sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efisien dan efektif.
3. Karaktieristik yang dimiliki anak berbakat diantaranya:
Ø Mereka mampu melihat hubungan
permasalahan itu secara komprehensif dan mengaplikasikan
konsep-konsep dia dalam situasi yang konkrit.
Ø Mereka akan terpusat pada pencapaian
tujuan yang ditetapkan.
Ø Mereka suka bekerja secara
independen dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak.
Ø Mereka mempunyai cara-cara baru
dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens dalam berkreasi.
4.
Prestasi
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik,
psikologis, akademik dan social.Selain memiliki keunggulan tersebut anak
berbakat memiliki karakteristik negatif.
5.
Menanganani anak berbakat
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara optimal, ada beberapa
factor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan, yaitu:
factor yang ada pada anak itu sendiri dan faktor kurikulum.
e.
Upaya Pengembangan Bakat khusus
Remaja dan Implikasi- Implikasi dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Bagaimana kita dapat mengenal dan mengidentifikasi
para remaja yang mempunyai bakat khusus? Bagaimana karakteristik atau ciri-
cirri mereka? Alat- alat apa yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat
khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan sebelum dilakukan upaya
pengembangan bakat-bakat khusus remaja.
Pada akhir masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang
apa yang ingin ia lakukan dan apa yang ia mampu lakukan. Makin banyak mendengar
tentang macam- macam kemungkinan, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
pekerjaan, dapat membuatnya ragu- ragu mengenai apa yang sebetulnya paling
cocok baginya. Dengan pengenalan bakat yang dimilikinya dan upaya
pengembangannya dapat membantu untuk dapat menentukan pilihan yang tepat dan
menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan- tujuanya.
C.
Perkembangan Sosial
1.
Pengertian Pengembangan Hubungan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan
dengan manusia lainnya dalam masyarakat. Proses sosialisasi dan interaksi
sosial dimulai sejak lahir dan berlangsung terus hingga dewasa atau tua.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas hingga tingkat
yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan bertambah umur, tingkat hubungan
sosial juga berkembang menjadi sangat luas dan kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya, tetapi untuk berpartisipasi dan berkontribusi memajukan
kehidupan masyarakat.
2.
Karakteristik Perkembangan sosial remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai
memperhatikan berbagai nilai dan memahami norma pergaulan dalam kelompok
remaja, anak-anak, dewasa, orang tua yang berbeda dengan norma yang berlaku
dikeluarganya. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja ditandai oleh
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Erik Erickson menyatakan perkembangan pada usia remaja
adalah masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab. Sering anak menemukan
jati dirinya sesuai dengan situasi kehidupan yang mereka alami.Penemuan jati
diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokultural.Sedangkan Signmund Freud
memandang bahwa kehidupan social remaja didorong oleh dan berorientasi pada
kepentingan seksualnya.Pergaulan remaja banyak didominasi dalam bentuk kelompok
yang penetapan pilihannya didasari oleh berbagai pertimbangan seperti moral,
ekonomi, minat, dan kesamaan bakat serta kemampuan.Disini masalah yang umum
dihadapi adalah factor penyesuaian diri dari remaja.
Nilai positif pergaulan secara kelompok dalam perkembangan
social remaja adalah tiap-tiap remaja belajar berorganisasi, memilih pemimpin,
mematuhi peraturan kelompok, menumbuhkan rasa solidaritas serta semangat
persatuan dan keutuhan. Nilai negative pergaulan secara kelompok dalam
perkembangan social remaja adalah dalam hal-hal tertentu ada tindakan yang
kurang mengindahkan nilai dan norma social serta tidak memperdulikan
obyektifitas kebenaran.
Dalam hal hubungan social remaja yang lebih khusus, mengarah
pada pemilihan pacar dan pasangan hidup dengan mempertimbangkan factor agama
dan suku bangsa. Pertimbangan ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing
individu tetapi juga menyakngkut kepentingan keluarga dan kelompok
masyarakat yang lebih besar, sehingga dapat menjadi masalah yang rumit jika
tidak diimbangi dengan tindakan intelektual yang tepat dan pengendalian
emosional.
3.
Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja
Ø Faktor keluarga: Keluarga merupakan
lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
Ø Kematangan: Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam
proses sosial, member dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
emosional, disamping tu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Ø Status sosial ekonomi: Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu, “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan
sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya.
Ø Pendidikan: Pendidikan merupakan
proses sosialisasi anak yang terarah. Hakekat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang bernar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan (sekolah).
Ø Kapasitas mental (emosi dan
intelijensi) : Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal
4.
Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan
preihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,
yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya
dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang
lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau
merahasiakanya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering
tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan
konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah
laku sehari- hari.
5.
Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial
Bergaul dengan sesame manusia (sosialisasi) dilakukan oleh
setiap orang, baik secara individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai
aspek, terdapat perbedaan individual manusia, yanghal itu tampak juga dalam
perkembangan sosialnya. Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan ber
masyarakat, maka telah mempelajari pola- pola sosial yang sesuai dengan
kepribadianya.
6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial
Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya
memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia
(mereka)belum memahami benar tentang norma- norma sosial yang berlaku di dalam
kehidupan masyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan sosial yang kurang
serasi, karena ia ( mereka) sukar untuk menerimanormasesuai dengan kondisi dalam
kelompok atau masyarakat.
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan utnuk
memberikan rangsangan kepada mereka kea rah perilaku yang bermanfaat dan dapat
diterima khalayak. Kelompok olah raga koperasi, kesenian dan semacamnya di
bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat di dalam
kehidupan mayarakat paerlu banya dibentuk. Khusus di dalam sekolah perlu sering
diadakan kegiatan bakti sosial , bakti karya, dan kelompok- kelompok belajar di
bawah asuhan para guru pembimbing kegiatan ini hendaknya dikembangkan.
D.
Perkembangan Bahasa
1.
Pengertian Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi
yang digunakan oleh seseorang dalampergaulannya atau hubungannya dengan orang
lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi
efektif sejak orang individu memerlukan berkomunikasi dengan olrang lain.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif,
yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan
kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih
sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu
memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang
sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Belajar bahasa yang sebenarnya
baru dilakukanoleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi,
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun
menggunakan tanda- tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di
sini diartikan sebagai upaya seorang untuk dapat memahami dan dipahami orang
lain.
2.
Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak
remaja telah banyak belajar dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya
pergaulan teman sebaya dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah
bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat
dan sekolah dalam perkembangan berbahasa, akan menyebabkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan
penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Akan
banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa, sembarangan, dengan istilah- istilah
yang “ kasar”. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial
lebih baik, akan menggunakan istilah- istilah lebih efektif, dan umumnya anak-
anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab
itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor- faktor itu
adalah:
a.
Umur anak
Menusia bertambah umur semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhanya,
b.
Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil
yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan
akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di
daerah pantai, pegunungan, dan daerah- daerah terpencil dan di kelompok sosial
yang lain.
c.
Kecerdesan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan,
dan mengenal tanda- tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik.
d.
Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu
menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak- anak dan angota
keluarganya.
e.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak.
Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuanya untuk berkomunikasi seperti
bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan
berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perkembanganya dalam berbahasa.
4.
Pengaruh Kemampuan Berbahasa terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling
berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa dan sebaliknya, kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini akan
berakibat sulitnya berkomunikasi. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses
berpikir menjadi tidak tepat benar, ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini
diakibatkan kekurangmampuann dalam bahasa.
5.
Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembanga Bahasa
Menurut Chomsky (Woolflok, dkk, 1984:70) anak dilahirkan ke
dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang
lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, dalam
mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan
bahsa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam
hidupnya sehari- hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh yang
berbeda- beda.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkunga, karena
kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan
yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian, remaja yang
berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda – beda pula kemampuan
dan perkembangan bahasanya.
6.
Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaran Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa- siswa yang
bervariasi bahasanya, baik kemampuanaya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa denga memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian
secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan
bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa
masing- masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan
rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada
itu sarana perkembangan bahasa seperti buku- buku, surat kabar, majalah, dan
lain- lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Intelek adalah kecakapan mental, yang menggambarkan
kemampuan berpikir. Inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan berpikir atau inteligensi dapat diukur
dengan tes inteligensi. Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi
yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Perkembangan social adalah
berkembangan tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan
hidup manusia.
Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan
dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, sehingga
dikenal beberapa pola tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang
mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois. Bahasa memegang peranan penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh dalam
factor, diantara lain adalah usia anak, kondisi keluarga, kecerdasan, status
social keluarga dan kondisi fisik anak terutama dari kesehatannya.
B.
SARAN
Di dalam masyarakat masih ada anak-anak dan para
remaja yang kurang berpikir, maka orang tua dan para guru harus membimbing
anak-anak supaya berpikir intelek dan dapat di ukur dengan cara tes
inteligensi. Supaya para remaja di Indonesia bisa berpikir lebih tinggi dan
cepat dalam bertindak, terutama dakam menghadapi masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto,
Dr. H dan Dra. Ny. B. Agung Hartono, 1995. Perkembangan Peserta Didik. Rineka
Cipta: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar